Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Agar Warga Tak Gunakan Mobil, Transjabodetabek Akan Berangkat dari Perumahan

Kompas.com - 07/09/2015, 13:18 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

DEPOK, KOMPAS.com — Demi meningkatkan partisipasi warga dalam rangka mengurangi kemacetan, layanan bus transjabodetabek direncanakan tidak akan lagi melayani penumpang dari terminal ke terminal, tetapi dari perumahan ke perkantoran.

Dengan cara tersebut, tingkat penggunaan kendaraan pribadi diharapkan bisa semakin ditekan.

"Nanti dicari kantong-kantong perumahan mana yang besar supaya orang tidak perlu pakai mobil lagi. Jadi, begitu turun dari rumah, bisa langsung naik bus," kata Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Djoko Sasono saat peluncuran layanan bus transjabodetabek rute Depok, di Terminal Depok, Senin (7/9/2015).

Menurut Djoko, rencana tersebut kemungkinan besar direalisasikan setelah jumlah bus transjabodetabek dinilai mencukupi, tepatnya setelah bus-bus tambahan dari Kementerian Perhubungan telah selesai dirakit. Saat ini, bus-bus tersebut masih dalam masa perakitan di Ungaran, Jawa Tengah.

Sebagai informasi, saat ini ada 88 bus transjabodetabek yang memberikan pelayanan. Bus-bus tersebut digunakan untuk melayani empat rute, masing-masing dari dan menuju Bekasi, Depok, Ciputat, dan Tangerang.

Sejauh ini, rute pemberangkatan bus transjabodetabek dari kota-kota penyangga diawali dari terminal atau pul bus, yakni Harapan Indah di Bekasi, Terminal Depok, pul PPP di Ciputat, dan Terminal Poris Plawad di Tangerang.

Layanan bus transjabodetabek sendiri adalah layanan bus yang dirancang oleh Kementerian Perhubungan untuk melayani rute Jakarta dan kota-kota penyangga.

Awal tahun 2016, Perum Pengangkutan Penumpang Djakarta (PPD) selaku operator transjabodetabek dijadwalkan akan menerima sebagian kecil dari proyek pengadaan 1.000 bus berstandar bus rapid transit (BRT) yang dilaksanakan oleh Kementerian Perhubungan.

"Busnya muat 78 orang. Kalau mobil pribadi, rata-rata diisi dua orang. Tinggal dibagi saja dengan 78. Jadi, satu bus sudah bisa ngurangi 30-40 mobil pribadi," ujar Djoko.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pasar Jambu Dua Bogor Akan Beroperasi Kembali Akhir Juli 2024

Pasar Jambu Dua Bogor Akan Beroperasi Kembali Akhir Juli 2024

Megapolitan
PPDB SD Jakarta 2024: Kuota, Seleksi, Jalur dan Jadwalnya

PPDB SD Jakarta 2024: Kuota, Seleksi, Jalur dan Jadwalnya

Megapolitan
Larang Bisnis 'Numpang' KK Dalam Pendaftaran PPDB, Disdik DKI: Kalau Ada, Laporkan!

Larang Bisnis "Numpang" KK Dalam Pendaftaran PPDB, Disdik DKI: Kalau Ada, Laporkan!

Megapolitan
Anak-anak Rawan Jadi Korban Kekerasan Seksual, Komnas PA : Edukasi Anak Sejak Dini Cara Minta Tolong

Anak-anak Rawan Jadi Korban Kekerasan Seksual, Komnas PA : Edukasi Anak Sejak Dini Cara Minta Tolong

Megapolitan
Ditipu Oknum Polisi, Petani di Subang Bayar Rp 598 Juta agar Anaknya Jadi Polwan

Ditipu Oknum Polisi, Petani di Subang Bayar Rp 598 Juta agar Anaknya Jadi Polwan

Megapolitan
Polisi Periksa Selebgram Zoe Levana Terkait Terobos Jalur Transjakarta

Polisi Periksa Selebgram Zoe Levana Terkait Terobos Jalur Transjakarta

Megapolitan
Polisi Temukan Markas Gangster yang Bacok Remaja di Depok

Polisi Temukan Markas Gangster yang Bacok Remaja di Depok

Megapolitan
Polisi Periksa General Affair Indonesia Flying Club Terkait Pesawat Jatuh di Tangsel

Polisi Periksa General Affair Indonesia Flying Club Terkait Pesawat Jatuh di Tangsel

Megapolitan
Progres Revitalisasi Pasar Jambu Dua Mencapai 90 Persen, Bisa Difungsikan 2 Bulan Lagi

Progres Revitalisasi Pasar Jambu Dua Mencapai 90 Persen, Bisa Difungsikan 2 Bulan Lagi

Megapolitan
Pemerkosa Remaja di Tangsel Mundur dari Staf Kelurahan, Camat: Dia Kena Sanksi Sosial

Pemerkosa Remaja di Tangsel Mundur dari Staf Kelurahan, Camat: Dia Kena Sanksi Sosial

Megapolitan
Tersangka Pembacokan di Cimanggis Depok Pernah Ditahan atas Kepemilikan Sajam

Tersangka Pembacokan di Cimanggis Depok Pernah Ditahan atas Kepemilikan Sajam

Megapolitan
Kasus DBD 2024 di Tangsel Mencapai 461, Dinkes Pastikan Tak Ada Kematian

Kasus DBD 2024 di Tangsel Mencapai 461, Dinkes Pastikan Tak Ada Kematian

Megapolitan
Selebgram Zoe Levana Terobos dan Terjebak di 'Busway', Polisi Masih Selidiki

Selebgram Zoe Levana Terobos dan Terjebak di "Busway", Polisi Masih Selidiki

Megapolitan
Terobos Busway lalu Terjebak, Selebgram Zoe Levana Bakal Diperiksa

Terobos Busway lalu Terjebak, Selebgram Zoe Levana Bakal Diperiksa

Megapolitan
Sulitnya Ungkap Identitas Penusuk Noven di Bogor, Polisi: Pelaku di Bawah Umur, Belum Rekam E-KTP

Sulitnya Ungkap Identitas Penusuk Noven di Bogor, Polisi: Pelaku di Bawah Umur, Belum Rekam E-KTP

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com