Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polwan Tipu Bawahan dengan Iming-iming jika Rugi Tetap Diganti 100 Persen

Kompas.com - 09/09/2015, 10:56 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Korban penipuan polisi wanita (polwan) DS mengaku diiming-imingi ganti rugi hingga 100 persen sebelum bergabung menjadi penanam modal dalam usaha yang disebut sebagai bisnis ternak potong itu.

"(Sebelum investasi) saya sempet nanyain risiko. Katanya (terdakwa) 'tenang aja, kalo rugi, ada flu burung atau apa, diganti 100 persen'," ujar Heri, yang merupakan anggota polisi di Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya, dalam sidang yang digelar pada Selasa (8/9/2015) di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.

Oleh karena iming-iming tersebut, Heri pun tidak merasa khawatir untuk bergabung menjadi investor dalam bisnis ternak potong itu. Ditambah, Heri mengaku bahwa terdakwa mengatakan, teman-temannya (anggota polisi yang lain) juga telah menanamkan modal mereka.

Sebelum melaporkan kasus penipuan ini, para korban telah melakukan mediasi dengan DS di internal Polda Metro Jaya. Saat itu, DS menyebut akan memberikan mobilnya sebagai ganti rugi. Namun, mobil tersebut tidak pernah sampai ke tangan para korban untuk mereka jual.

"Alasan pertama banjir. Alasan kedua mau ganti dengan jual mobil, pas ditanya katanya mobilnya enggak ada, dibawa adik (Dini)," terang Heri.

Dini adalah adik yang disebut DS sebagai pemilik bisnis unggas ternak potong. Sedangkan DS mengaku hanya mencari investor untuk bisnis tersebut.

Dalam persidangan, DS mengaku tidak pernah mengatakan mobil yang dimaksud adalah mobil miliknya. Ia menyebut mobil itu merupakan salah satu aset milik Dini dan Tri (suami Dini) yang akan dijadikan bahan ganti rugi untuk para korban.

"Saya tidak pernah mengatakan itu mobil saya, tapi punya Dini. Saya mengatakan (kepada korban) Tri dan Dini akan memberikan asetnya, nanti kalo udah ada bisa dijual," kata DS dalam persidangan tersebut.

Meski telah mengatakan mobil tersebut dapat dijual sebagai ganti rugi, DS mengakui ia belum menerima mobil yang dimaksud. "Ya gimana saya mau kasih, kalo mobilnya aja enggak ada di saya," ujarnya.

Kasus penipuan yang dilakukan DS ini dilaporkan pada 2014 lalu. Saat ini, persidangan memasuki pemeriksaan saksi-saksi dan terdakwa. (Baca: Polwan di Ditlantas Polda Metro Tipu Bawahannya Hingga Rp 1,5 Miliar)

Adik DS, Dini, yang disebut sebagai pemilik bisnis kini tidak diketahui keberadaannya. Sedangkan suaminya, Tri, dikatakan jaksa penuntut umum Nopri sudah menerima vonis.

"Tri di POM AL dan katanya sudah divonis. Tapi enggak tahu vonisnya apa," ujar Nopri kepada Kompas.com.

Soal Tri, majelis hakim telah meminta jaksa penuntut umum untuk menghadirkan dia dalam sidang selanjutnya yang akan digelar Selasa (15/9/2015) mendatang. (Nursita Sari)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Tangkap Pembunuh Pedagang Perabot di Duren Sawit, Ternyata Anak Kandung Sendiri

Polisi Tangkap Pembunuh Pedagang Perabot di Duren Sawit, Ternyata Anak Kandung Sendiri

Megapolitan
Diduga Korsleting, Bengkel Motor Sekaligus Rumah Tinggal di Cibubur Terbakar

Diduga Korsleting, Bengkel Motor Sekaligus Rumah Tinggal di Cibubur Terbakar

Megapolitan
Kardinal Suharyo Tegaskan Gereja Katolik Tak Sama dengan Ormas Keagamaan

Kardinal Suharyo Tegaskan Gereja Katolik Tak Sama dengan Ormas Keagamaan

Megapolitan
Ditawari Izin Tambang, Kardinal Suharyo: Itu Bukan Wilayah Kami

Ditawari Izin Tambang, Kardinal Suharyo: Itu Bukan Wilayah Kami

Megapolitan
Pemuda yang Sekap dan Aniaya Kekasihnya di Pondok Aren Ditangkap Polisi

Pemuda yang Sekap dan Aniaya Kekasihnya di Pondok Aren Ditangkap Polisi

Megapolitan
Pengelola Rusunawa Marunda Lapor Polisi soal Penjarahan Sejak 2023

Pengelola Rusunawa Marunda Lapor Polisi soal Penjarahan Sejak 2023

Megapolitan
Paus Fransiskus Kunjungi Indonesia: Waktu Singkat dan Enggan Naik Mobil Antipeluru

Paus Fransiskus Kunjungi Indonesia: Waktu Singkat dan Enggan Naik Mobil Antipeluru

Megapolitan
Pedagang Perabot di Duren Sawit Tewas dengan Luka Tusuk

Pedagang Perabot di Duren Sawit Tewas dengan Luka Tusuk

Megapolitan
Tak Disangka, Grafiti Bikin Fermul Belajar Mengontrol Emosi

Tak Disangka, Grafiti Bikin Fermul Belajar Mengontrol Emosi

Megapolitan
Sambut Positif jika Anies Ingin Bertemu Prabowo, PAN: Konsep 'Winner Takes All' Tidak Dikenal

Sambut Positif jika Anies Ingin Bertemu Prabowo, PAN: Konsep "Winner Takes All" Tidak Dikenal

Megapolitan
Seniman Grafiti Ingin Buat Tembok Jakarta Lebih Berwarna meski Aksinya Dicap Vandalisme

Seniman Grafiti Ingin Buat Tembok Jakarta Lebih Berwarna meski Aksinya Dicap Vandalisme

Megapolitan
Kunjungan Paus ke Indonesia Jadi yang Kali Ketiga Sepanjang Sejarah

Kunjungan Paus ke Indonesia Jadi yang Kali Ketiga Sepanjang Sejarah

Megapolitan
Kardinal Suharyo: Kunjungan Paus Penting, tapi Lebih Penting Mengikuti Teladannya

Kardinal Suharyo: Kunjungan Paus Penting, tapi Lebih Penting Mengikuti Teladannya

Megapolitan
Paus Fransiskus Akan Berkunjung ke Indonesia, Diagendakan Mampir ke Istiqlal hingga GBK

Paus Fransiskus Akan Berkunjung ke Indonesia, Diagendakan Mampir ke Istiqlal hingga GBK

Megapolitan
Warga Langsung Padati CFD Thamrin-Bundaran HI Usai Jakarta Marathon

Warga Langsung Padati CFD Thamrin-Bundaran HI Usai Jakarta Marathon

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com