"Tapi biar begitu Pak Gubernur juga sudah membaca pointer-pointernya," ujar Mawardi ketika dihubungi, Kamis (10/9/2015).
Mawardi mengatakan, gaya masing-masing gubernur dalam berpidato dan memberi sambutan berbeda-beda. Untuk Basuki, Mawardi mengatakan, lebih senang tidak membaca naskah ketika menyampaikan sambutan. Dia lebih senang berpidato dengan bahasanya sendiri.
Meski demikian, sudah kewajiban Biro KDH dan KLN untuk tetap membuat naskah pidato untuk Gubernur.
Mawardi mengatakan, Basuki pun biasa mendapat informasi mengenai poin-poin sebuah acara berdasarkan naskah yang dibuat Biro KDH dan KLN.
"Memang gaya Gubernur seperti itu (tidak pegang naskah). Tapi kita sudah berikan inti-inti acara serta informasi yang berkaitan dengan tema. Sebagai poin-poin saja," ujar Mawardi.
Sebelumnya, anggota Banggar DPRD DKI Bestari Barus mempertanyakan mengenai anggaran program penulisan naskah pidato Ahok yang mencapai Rp 805 Juta. Dalam satu bulan, berarti biaya pembuatan naskah sambutan Ahok bisa menghabiskan Rp 75 juta.
Dengan adanya sentilan dari anggota Banggar DPRD, Mawardi akan mencoba melakukan efektivitas di hal lain, misalnya saja dengan melakukan pengurangan PHL.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.