JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Utama PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) Muhammad Nurul Fadhila mengaku sering menerima pertanyaan seputar kenapa posisi gerbong khusus perempuan tidak berada di tengah, melainkan di ujung rangkaian.
Menurut dia, pertanyaan tersebut kembali mengemuka pasca-peristiwa benturan antara dua rangkaian kereta rel listrik (KRL) commuter line di Stasiun Juanda pada Rabu kemarin.
Sebagai informasi, tubrukan antara dua rangkaian KRL di Stasiun Juanda melibatkan dua gerbong paling ujung yang notabene gerbong khusus perempuan. Fadhila mengatakan, ditempatkannnya gerbong khusus perempuan di posisi ujung telah mempertimbangkan kondisi sebagian besar stasiun yang ada di Jabodetabek.
Dengan ditempatkan di ujung, maka akan lebih mudah bagi perempuan, terutama yang hamil ataupun lansia, mencapai gerbong tersebut saat akan berangkat. Mereka pun akan menjadi pihak yang akan duluan meninggalkan peron saat kereta tiba.
"Kalau ditaruh di tengah mereka sulit untuk mencapainya. Bisa dibayangkan di Tanah Abang yang orangnya sangat ramai. Kalau yang sekarang kan lebih mudah. Seperti misalnya ada yang sampai di Kota di kereta paling depan, tentu mereka akan lebih cepat turunnya," kata Fadhila di Gedung Jakarta Railway Center, Kamis (24/9/2015).
Fadhila menyatakan, peristiwa benturan dua rangkaian KRL tidak akan membuat PT KCJ mengevaluasi keberadaan gerbong khusus perempuan. Sebab, kata dia, PT KCJ tidak akan dan tidak pernah berencana untuk memindahkan letak posisi gerbong tersebut.
"Karena pada saat ini direncanakan dulu tentu kita tidak menginginkan terjadinya kecelakaan," ujar dia.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.