Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahok: Kenapa Dulu Penganggaran DKI Salah Total, Pengesahannya Begitu Mudah?

Kompas.com - 06/10/2015, 12:07 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mempertanyakan alasan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) belum juga mengesahkan dokumen Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Perubahan (RAPBD-P) 2015.

Basuki mengatakan, semua rencana anggaran yang diberikan DKI menggunakan harga satuan secara detail dan melalui proses sistem e-budgeting

"Makanya, saya mau tanya, kenapa waktu dulu APBD-P begitu mudah (disahkan) dan Dirjen (Bina Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri) mengakui selama ini (pembahasan) APBD DKI salah total cara penganggarannya. Tapi, yang penganggaran salah total kok begitu mudah (disahkan Kemendagri), enggak pernah ada koreksi dari dulu," kata Basuki di Balai Kota, Selasa (6/10/2015). 

"Sekarang kami ikuti, malah dipingpong sana pingpong situ. Enggak apa-apa kami ladenin, saya ladeni," kata Basuki lagi. 

Meskipun demikian, Basuki mengkhawatirkan hal ini akan berdampak pada serapan anggaran. Terhambatnya pengesahan APBD-P 2015 membuat satuan kerja perangkat daerah (SKPD) DKI terlambat dalam berbelanja barang dan jasa.

Bahkan, kata Basuki, kronologi pembahasan RAPBD-P sudah ditulis secara lengkap. Pemerintah Provinsi DKI telah memasukkan dokumen RAPBD-P 2015 sejak 11 Agustus 2015 lalu. 

Hari ini, DKI akan kembali menyerahkan dokumen RAPBD-P 2015 setelah dikoreksi Kemendagri. "Bolak-balik saja. Kami ladenin saja dia (Dirjen Kemendagri) mau koreksi apa, kami ikuti. Makanya, saya pengen tahu, (pembahasan anggaran) bikin terbuka dong, transparan," kata Basuki. 

Meski demikian, Basuki mengaku senang dikoreksi secara detail oleh Kemendagri. Namun, ia meminta standar Kemendagri untuk membahas anggaran DKI juga dilakukan di daerah atau provinsi lain.

"Jangan kayak BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) gitu lho, standarnya mesti sama. Semakin teliti, saya sih semakin suka. Nantinya kami tinggal cek, siapa tahu suatu hari nasib saya bisa di (pemerintah) pusat dan saya bisa periksa standar ini. Apakah daerah lain pakai standar yang sama atau enggak," kata Basuki.

Adapun nilai RAPBD-P 2015 yang diusulkan ke Kementerian Dalam Negeri Rp 65 triliun. Jumlah ini lebih kecil dibanding APBD DKI 2015. Nilainya Rp 69,28 triliun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

9 Jam Berdarah: RN Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

9 Jam Berdarah: RN Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

Megapolitan
Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

Megapolitan
Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Megapolitan
Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Megapolitan
Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Megapolitan
Rayakan 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Rayakan "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Megapolitan
Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com