Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Kata Pengendara Motor Terkait Larangan Berteduh di Kolong "Fly Over"

Kompas.com - 09/11/2015, 18:00 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Polda Metro Jaya bakal menertibkan pengendara yang berani berteduh menghindari derasnya hujan, di bawah fly overatau di bawah jembatan, dan memberikan denda hingga Rp 250.000.

Adanya peraturan itu tak hanya membuat sejumlah pengendara nyengir dan geleng-geleng kepala, bahkan, mereka menyampaikan protes untuk pihak kepolisian.

"Itu peraturan dari mana? Sinting ya? Di mana-mana ya mas, kalau hujan pastinya macet atau paling tidak jalanan sepi karena pengendara malas keluar karena hujan. Tapi, bagaimana jika pengendara itu kondisinya masih di tengah jalan dan terpaksa berteduh di bawah fly over, atau di bawah JPO? Perlu dikerahkan berapa polisi? Apa akal-akalan polisi buat menuhin dompetnya? Ha-ha-ha," ujar Noviandi (39), pengendara sepeda motor yang melintas di Jalan Yos Sudarso, Senin (09/11/2015).

Pendapat yang sama dengan penuturan Faqih Haitami, warga Tangerang yang tengah melintas di Jalan Yos Sudarso. Menurutnya, peraturan tersebut merupakan pemerasan secara tak langsung.

"Polisi kan begitu, ngeluarin kertas, ngasih tahu pasal, abis itu ujung-ujungnya minta duit. Polisi makin banyak gak jujur, mau buat peraturan aneh-aneh. Gak mungkin didenda deh. Namanya berteduh, di mana itu gak kena hujan, apalagi kolong fly over, masa iya polisi ujug-ujug nilang atau ngasih denda? Yang ada itu semua polisi diprotesin pengendara. Mana berani mereka," ungkapnya.

Faqih mengatakan, adanya peraturan tersebut disebutnya semata-mata bentuk pemerasan untuk mempertebal isi dompet anggota kepolisian. (Baca: Polisi: Berteduh di Bawah "Flyover" Bisa Kena Tilang)

"Ya seperti saya bilang, akal bulusnya polisi gak jujur tuh minta denda, ujung-ujungnya uang damai. Kalau gak dikasih uang damai, dikasih denda totalnya digede-gedein. Gila itu mah. Saya yakin, bukan saya aja yang protes. Semua warga pasti protes," terangnya.

Sementara itu, Ronald (35) pengendara motor yang berprofesi pengantar pizza pun tertawa mendengar adanya peraturan tersebut di musim penghujan. Ia pun berjanji, apabila dirinya menjadi korban penertiban akan membayar denda dengan pizza yang diantarkannya.

"Gue kasih pizza aja deh entar pengganti bayar dendanya. Hahaha! Polisi apa-apaan sih pake buat peraturan seperti itu. Gak masuk akal. Kalau dibilang neduh bikin macet, ya tertibkan saja biasa-biasa. Jangan pake denda-denda segala. Saya rasa itu peraturannya lebay. (Panji Baskhara Ramadhan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ini Ucapan Tukang Soto yang Memprovokasi Faizal Bunuh Pamannya di Tangsel

Ini Ucapan Tukang Soto yang Memprovokasi Faizal Bunuh Pamannya di Tangsel

Megapolitan
Usung Supian Suri di Pilkada Depok, PDI-P: Beliau Tahu Persoalan dan Kebutuhan Warga

Usung Supian Suri di Pilkada Depok, PDI-P: Beliau Tahu Persoalan dan Kebutuhan Warga

Megapolitan
Enam Parpol di Depok Sepakat Bentuk Koalisi Sama-Sama, Bakal Usung Sekda Supian Suri di Pilkada

Enam Parpol di Depok Sepakat Bentuk Koalisi Sama-Sama, Bakal Usung Sekda Supian Suri di Pilkada

Megapolitan
2 Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Tundukkan Kepala Saat Dihadirkan di Konferensi Pers

2 Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Tundukkan Kepala Saat Dihadirkan di Konferensi Pers

Megapolitan
Pengendara Minta Pemerintah Cari Solusi Atasi Kemacetan di Tanjung Priok

Pengendara Minta Pemerintah Cari Solusi Atasi Kemacetan di Tanjung Priok

Megapolitan
Penyesalan Pembunuh Paman di Pamulang: Kok Saya Bisa Sampai Segitunya...

Penyesalan Pembunuh Paman di Pamulang: Kok Saya Bisa Sampai Segitunya...

Megapolitan
Bakal Maju di Pilkada Bogor, Sespri Iriana Jokowi: Elektabilitas Saya Terus Mengejar Petahana

Bakal Maju di Pilkada Bogor, Sespri Iriana Jokowi: Elektabilitas Saya Terus Mengejar Petahana

Megapolitan
Parkir Liar Sulit Ditertibkan, Pengamat: Masalah Konsistensi dari Aparat di Lapangan

Parkir Liar Sulit Ditertibkan, Pengamat: Masalah Konsistensi dari Aparat di Lapangan

Megapolitan
Pasang Foto Perempuan di Aplikasi Kencan, Tiga Pemuda di Kalideres Jebak lalu Peras Korban

Pasang Foto Perempuan di Aplikasi Kencan, Tiga Pemuda di Kalideres Jebak lalu Peras Korban

Megapolitan
Sespri Iriana Jokowi Optimistis Diusung Parpol untuk Maju pada Pilkada Bogor 2024

Sespri Iriana Jokowi Optimistis Diusung Parpol untuk Maju pada Pilkada Bogor 2024

Megapolitan
Pilkada DKI Jalur Independen Dinilai Sepi Peminat karena Beratnya Syarat Dukungan

Pilkada DKI Jalur Independen Dinilai Sepi Peminat karena Beratnya Syarat Dukungan

Megapolitan
Maju Pilkada Jakarta, Dharma Pongrekun: Dukungan Rakyat yang Menitipkan Masa Depannya

Maju Pilkada Jakarta, Dharma Pongrekun: Dukungan Rakyat yang Menitipkan Masa Depannya

Megapolitan
Gunungan Sampah Longsor, TPA Cipayung Depok Sudah Tutup 2 Hari

Gunungan Sampah Longsor, TPA Cipayung Depok Sudah Tutup 2 Hari

Megapolitan
Soal Wacana Juru Parkir Liar Minimarket Diberi Pekerjaan, Pengamat: Lebih Baik Dijadikan Jukir Legal

Soal Wacana Juru Parkir Liar Minimarket Diberi Pekerjaan, Pengamat: Lebih Baik Dijadikan Jukir Legal

Megapolitan
Walkot Tangsel Sebut “Study Tour” ke Luar Daerah Bisa Diganti Kegiatan Sosial

Walkot Tangsel Sebut “Study Tour” ke Luar Daerah Bisa Diganti Kegiatan Sosial

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com