Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Ojek Sangat Membantu Saya, Kenapa Dilarang?"

Kompas.com - 18/12/2015, 09:24 WIB
Andri Donnal Putera

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Banyak penggunanya yang sudah merasakan banyak manfaat dari layanan ojek online.

Mereka mempertanyakan keputusan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) melarang keberadaan ojek online pada saat masyarakat sudah banyak yang mengandalkan dan bergantung pada layanan itu.

Agnes (22) misalnya. Karyawan swasta yang berkantor di kawasan Palmerah, Jakarta Pusat, itu mengaku memakai jasa ojek online setiap hari.

Menurut dia, dibanding membawa kendaraan sendiri, jasa ojek online lebih praktis. Terlebih lagi, pekerjaan Agnes tidak cuma di kantor saja, tetapi menuntut dia ke tempat-tempat lain.

"Aku ngandelin banget Go-Jek dan GrabBike. Dengan pekerjaan yang dinamis ini, aku ngerasa ojek lebih hidup, ke mana-mana cepat. Kalau dilarang? Enggak tahu lagi deh," kata Agnes kepada Kompas.com, Jumat (18/12/2015).

Agnes juga mempertanyakan alasan Kemenhub baru melarang ojek dan taksi online sekarang. Padahal, sudah banyak orang yang menggantungkan nasibnya pada pekerjaan menjadi pengojek online.

Pengguna ojek online lainnya, Dian (25), menuturkan akan sangat kesulitan jika ojek online dilarang beroperasi.

Dian yang setiap harinya bekerja di kawasan Tangerang selalu menggunakan jasa ojek online karena angkutan umum yang ada tidak nyaman.

"Kemenhub itu enggak tahu ya kalau Go-Jek dan sejenisnya membantu banget bagi yang enggak punya kendaraan. Kenapa sih enggak regulasinya saja yang diatur?" tutur Dian.

Seorang pengguna ojek online lainnya, Dwina (29), mengungkapkan pentingnya ojek online sebagai moda penyambung dari kantornya hingga ke stasiun.

Walaupun dia mengakui, beberapa kali, pengojek memiliki kekurangan, seperti tidak tahu jalan, lambat, atau ugal-ugalan, tetapi secara keseluruhan ojek tetap dibutuhkan.

"Ojek itu berguna banget kalau pulang malam, angkutan umum sudah sedikit, mau ke stasiun, ya naik ojek saja. Pak Jonan enggak mikir ya gimana jadi saya," ujar Dwina.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kecelakaan di UI, Saksi Sebut Mobil HRV Berkecepatan Tinggi Tabrak Bus Kuning

Kecelakaan di UI, Saksi Sebut Mobil HRV Berkecepatan Tinggi Tabrak Bus Kuning

Megapolitan
Polisi Periksa 10 Saksi Kasus Tewasnya Siswa STIP yang Diduga Dianiaya Senior

Polisi Periksa 10 Saksi Kasus Tewasnya Siswa STIP yang Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Diduga Ngebut, Mobil Tabrak Bikun UI di Hutan Kota

Diduga Ngebut, Mobil Tabrak Bikun UI di Hutan Kota

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Tinggalkan Mayat Korban di Kamar Hotel

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Tinggalkan Mayat Korban di Kamar Hotel

Megapolitan
Siswa STIP Dianiaya Senior di Sekolah, Diduga Sudah Tewas Saat Dibawa ke Klinik

Siswa STIP Dianiaya Senior di Sekolah, Diduga Sudah Tewas Saat Dibawa ke Klinik

Megapolitan
Terdapat Luka Lebam di Sekitar Ulu Hati Mahasiswa STIP yang Tewas Diduga Dianiaya Senior

Terdapat Luka Lebam di Sekitar Ulu Hati Mahasiswa STIP yang Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Dokter Belum Visum Jenazah Mahasiswa STIP yang Tewas akibat Diduga Dianiaya Senior

Dokter Belum Visum Jenazah Mahasiswa STIP yang Tewas akibat Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Polisi Pastikan RTH Tubagus Angke Sudah Bersih dari Prostitusi

Polisi Pastikan RTH Tubagus Angke Sudah Bersih dari Prostitusi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Diduga akibat Dianiaya Senior

Mahasiswa STIP Tewas Diduga akibat Dianiaya Senior

Megapolitan
Berbeda Nasib dengan Chandrika Chika, Rio Reifan Tak Akan Dapat Rehabilitasi Narkoba

Berbeda Nasib dengan Chandrika Chika, Rio Reifan Tak Akan Dapat Rehabilitasi Narkoba

Megapolitan
Lansia Korban Hipnotis di Bogor, Emas 1,5 Gram dan Uang Tunai Jutaan Rupiah Raib

Lansia Korban Hipnotis di Bogor, Emas 1,5 Gram dan Uang Tunai Jutaan Rupiah Raib

Megapolitan
Polisi Sebut Keributan Suporter di Stasiun Manggarai Libatkan Jakmania dan Viking

Polisi Sebut Keributan Suporter di Stasiun Manggarai Libatkan Jakmania dan Viking

Megapolitan
Aditya Tak Tahu Koper yang Dibawa Kakaknya Berisi Mayat RM

Aditya Tak Tahu Koper yang Dibawa Kakaknya Berisi Mayat RM

Megapolitan
Kadishub DKI Jakarta Tegaskan Parkir di Minimarket Gratis

Kadishub DKI Jakarta Tegaskan Parkir di Minimarket Gratis

Megapolitan
Koper Pertama Kekecilan, Ahmad Beli Lagi yang Besar untuk Masukkan Jenazah RM

Koper Pertama Kekecilan, Ahmad Beli Lagi yang Besar untuk Masukkan Jenazah RM

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com