JAKARTA, KOMPAS.com - Sebuah petisi permintaan mencopot Kapolres Metro Jakarta Pusat Komisaris Besar Hendro Pandowo muncul di change.org.
Petisi tersebut dibuat oleh Damar Junianto. Dalam petisi tersebut, Damar mengatakan organisasi Front Pembela Islam (FPI) melakukan sweeping terhadap kendaraan yang hendak masuk ke Taman Ismail Marzuki pada Senin (28/12/2015) malam.
Petisi tersebut hingga pukul 21.30 WIB sudah mendapat dukungan sebanyak 21.324 pendukung.
"Dengan mengatasnamakan Jakarta dan juga mengatasnamakan Islam, FPI melakukan sweeping. Kali ini mereka memeriksa tiap kendaraan yang masuk Taman Ismail, untuk mencari Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi yang diundang Federasi Teater Indonesia untuk menerima penghargaan," tulis Damar dalam petisi tersebut.
Damar melanjutkan, aksi tersebut bukan sikap dan suara masyarakat Jakarta. Terlebih, aksi tersebut malah menciptakan teror.
"Pertanyaan saya: di mana Polisi? Saat ditanya mengenai hal ini, Kapolres Jakpus Kombes Hendro Pandowo hanya bilang "Nggak, mereka cuma memeriksa". Bahkan dengan adanya ratusan personil polisi yang ada di acara itu, mereka malah meminta agar acara dibubarkan, dengan alasan tidak bisa menjamin keselamatan," tulis Damar.
Sikap polisi tersebut disayangkan lantararan membiarkan aksi tersebut terjadi. Di akhir kalimat, Damar menegaskan agar kepolisian bertanggungjawab atas keamanan, jika tidak netizen meminta Hendro dicopot dari jabatannya.
"Kalau tidak bisa bertanggungjawab atas keamanan warga maka kami warga Jakarta yang pemilik sesungguhnya suara Jakarta menuntut Kapolres Jakarta Pusat untuk dicopot dari jabatannya segera!," kata Damar.
Menanggapi petisi tersebut, Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Tito Karnavian tak mau ambil pusing.
"Biarkan saja. Mungkin yang nulis nggak ada di tempat saat itu," kata Tito.
Tito melanjutkan, penulis tidak tahu bahwa polisi menerjunkan banyak personel untuk mengamankan acara tersebut. Jumlah personel bahkan melebihi dari massa.
"Kami turunkan kekuatan yang lebih banyak dari mereka kok. Jadi tidak ada yang perlu ditakutkan," tegas Tito.
Selain itu, Tito juga mengungkapkan aksi tersebut bukan sweeping. Massa tersebut merupakan sekelompok orang yang berorasi.
"Tidak ada tindak anarkisme, jadi kita tidak melakukan penindakan," tambah Tito.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.