Pensiunan pekerja swasta tersebut merupakan satu dari beberapa anggota pasukan oranye alias Satgas Banjir dari Suku Dinas Tata Air Jakarta Pusat yang menemukan tumpukan kulit kabel di gorong-gorong Jalan Medan Merdeka Selatan, Rabu (24/2/2016).
"Yang naruh ini sudah keterlaluan," celetuk Turiman dalam gorong-gorong, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Rabu (2/3/2016).
Selama satu bulan bergabung dalam satgas banjir, ia sudah melihat kondisi gorong-gorong di Jakarta Pusat. Ia menyebut sampah masih jadi 'penghuni' tetap di saluran air.
"Tapi kalau kulit kabel ini rasanya aneh. Saya juga enggak tahu siapa penaruhnya," kata Turiman.
Saluran air di Jakarta, lanjut Turiman, juga tak melulu buruk. Ia mengungkapkan, banyak saluran air di Jakarta sudah sesuai standar dan terbebas dari sampah serta lumpur.
"Biasanya yang ada sampah dan lumpur karena belum ada pogram rutin pengurasan," ucapnya.
Namun, sebagai warga Jakarta, ia melihat kondisi wilayahnya, terutama dalam sistem tata air, jauh lebih bagus dari tahun-tahun sebelumnya.
Komitmen
Sebagai pekerja dalam Satgas Banjir, ia mengakui harus siap setiap saat. Sebab, pekerjaannya ia dan teman lainnya adalah mencegah terjadinya genangan atau banjir saat dan setelah hujan turun.
Ia bercerita, terkadang harus bekerja satu hari penuh jika saat siang dan malam turun hujan deras.
"Karena sudah komitmen, makanya saya harus siap jalani waktu pekerjaannya," kata Turiman.
Selain itu, gaji Rp 3,1 juta yang diterima per bulan juga dianggap sudah mencukupi keluarganya. Hal itu disebut lantaran ia ikhlas dalam bekerja.
"Saya intinya mah enggak mau nganggur dan bisa menafkahi keluarga," ujar Turiman.