JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Riset Maarif Institute, Ahmad Imam Mujadid Rais, menyayangkan munculnya isu kesukuan dan keagamaan menjelang Pemilihan Kepala Daerah 2017.
Ia melihat isu sektarian semakin marak dijadikan sebagai alat politik, karena suku dan agama masih menjadi satu pengikat identitas politik.
"Agama dianggap menjadi satu daya tarik. Agama sebagai isu yang seksi untuk mengikat identitas, termasuk identitas politik," ujar Rais saat dihubungi Kompas.com, Kamis (17/3/2016).
"Isu sektarian akan selalu jadi alat politik untuk mendapatkan keuntungan mencapai kemenangan politik," ujarnya.
Rais mengatakan, wacana atau debat publik seharusnya diarahkan pada hal-hal yang substantif, misalnya terkait pembangunan masyarakat dan kota.
Masyarakat harus diarahkan pada perdebatan tentang aspek kemiskinan, transportasi massal yang komprehensif dan masalah tata kota.
"Ini yang harus diperdebatkan, ketimbang berdebat soal agama dan suku," ucapnya.
Lebih lanjut, ia mengatakan, banyaknya kelompok yang mengangkat isu sektarian di Pilkada Jakarta tidak akan ampuh untuk menjegal cagub tertentu.
Masyarakat Jakarta yang heterogen, kata Rais, sudah lebih cerdas dalam memilih pemimpin tanpa menjadikan latar belakang agama sebagai pertimbangan memilih.
"Dalam hal ini kita spesifik pada sosok Ahok. Andai kata Ahok bisa menunjukkan kinerja yang positif, isu sektarian tidak akan mempan untuk menjegal Ahok," kata Rais.
Ia melanjutkan, kompetitor Ahok harus memberikan isu-isu yang substantif karena Ahok mungkin dipandang sudah menunjukkan kinerja yang baik beberapa tahun ini.
"Menurut saya arahkan ke hal yang substantif. Reformasi birokrasi dan transparansi APBD," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.