Akhir akhir ini, berita tentang diperiksanya Pak Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dalam kasus Sumber Waras adalah berita paling dicari-cari. Setelah 12 jam diperiksa, ada statement Ahok yang menarik: "BPK menyembunyikan kebenaran".
Saya tertarik membahas statement ini.
Banyak orang asal ngomong tentang jujur dan bohong, tanpa tahu definisi-nya sama sekali. Makin lucu ketika kemudian muncul labelling pada seseorang sebagai Pembohong.
Riset membuktikan bahwa manusia telah berbohong sejak usia 2 tahun (Fritz dan Hala, 1989). Dan setiap hari, dalam salah satu dari 4 interaksi sosial, kita berbohong kepada 3 dari 10 orang yang kita temui (DePaulo,Kashy et al, 1996). Lebih celaka lagi, setidaknya dalam 10 menit percakapan,78% berbohong sebanyak 2-3 kali (Tyler et al, 2006).
Kita seenaknya melabel orang lain sebagai Pembohong padahal kita tidak bisa membuktikan jumlah kebohongan kita lebih sedikit dari orang yang kita label.
Bohong adalah sebuah aksi tanpa pemberitahuan sebelumnya yang bertujuan untuk mengubah pendirian seseorang agar percaya (Paul Ekman, 2007).
Kebohongan itu bisa dilakukan dengan cara menciptakan 100% info/data/fakta rekayasa atau hanya sekian persen.
Kebohongan juga bisa dilakukan dengan menyembunyikan info/data/fakta tertentu, menganggapnya "tidak ada", tidak memberitahukannya. Dan Bohong juga bisa dilakukan dengan cara melebih-lebihkan atau justru merendahkan info/data/fakta tertentu saja.
Statement Pak Ahok tentang BPK kemarin sungguh menarik: "BPK menyembunyikan kebenaran", setelah sebelumnya menyebutkan "Audit BPK kacau" dimana akhirnya dibalas Pak Harry Azhar Azis, Ketua BPK dengan pernyataan " Kalau ngaco, silakan saja diadukan ke pengadilan".
Statement Pak Ahok "sembunyikan kebenaran" ini identik dengan definisi Bohong di atas. Dengan kata lain, secara tak langsung, Pak Ahok mengatakan bahwa BPK melakukan kebohongan dengan menyembunyikan kebenaran.
Bila kita memahami makna statement tersebut, kita pasti tak sabar menantikan akhir dari kasus Sumber Waras ini.
Bila Pak Ahok memang merugikan negara, maka seperti kasus-kasus lainnya, dia bisa dihukum dengan penjara atau ganti uang negara dan sebagainya.
Namun bila KPK membuktikan Pak Ahok berkata dan berbuat benar, maka Audit BPK benar "ngaco". Yang artinya adalah KPK mungkin berbalik mengecek BPK. Dan bukan tidak mungkin, meragukan kredibelitas audit-audit lainnya yang dilakukan BPK.
Kasus yang menarik, bukan ?
Mari menantikan kebenaran diungkap sembari bersikap: Janganlah sembarang menuduh "KPK bisa dibeli Ahok", bila KPK menyatakan Pak Ahok tidak bersalah. Atau, memuji-muji KPK bila Pak Ahok dinyatakan bersalah.
KPK tetap punya integritas dan kualitas kompetensi yang tinggi, apapun hasil pemeriksaan pada Pak Ahok.
Tetaplah dukung KPK.
Salam hangat
#JujurlahIndonesiaku
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.