Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nenek Menangis di Rusun Marunda, Awal "Pembangkangan" terhadap Ahok

Kompas.com - 27/04/2016, 09:27 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok mengaku sudah menerima ancaman pengunduran diri para pejabat DKI sejak dirinya masih menjabat sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta.

Terhitung sudah ada enam pejabat eselon II yang mengundurkan diri sejak Ahok menjabat sebagai Wagub DKI.

"Kalau bilang kabarnya (pejabat) mundur sudah saya dengar sejak jadi Wagub," kata Ahok di RPTRA Mawar, Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Selasa (26/4/2016).

Beberapa waktu lalu, Ahok pernah membongkar upaya gertakan yang dilakukan internal Pemprov DKI kepadanya.

Nenek menangis di Rusun Marunda

Cerita berawal dari pertemuannya dengan seorang nenek yang menangis di Rusunawa Marunda. Kepada Ahok, nenek itu mengaku sudah meminta unit rusun sejak tiga tahun lalu, tetapi tidak juga diberikan oleh UPT Rusun Marunda.

Ahok pun mengurus permasalahan sang nenek. Pejabat UPT Rusun Marunda pun berjanji bakal memberi rusun kepada si nenek.

"Saya pergi cek kapal, sampai di Muara Baru sudah jam 6-an, harus nyeberang buat sampai rumah saya. Ajudan bilang, kita pulangnya naik mobil saja karena ada ombak besar. Wah, perasaan saya pasti ada yang enggak ikhlas nolong nenek itu," kata Ahok.

Kompas.com/Kurnia Sari Aziza Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama ngamuk di Rusun Marunda, Jakarta Utara, Kamis (4/9/2014). Basuki kesal karena virtual account Bank DKI hanya seperti kartu hotel.
Kembali ke Marunda, Ahok bertemu lagi dengan sang nenek. Namun, nenek itu masih belum juga didaftarkan mendapat unit rusun. Kata si nenek, pejabat UPT Rusun Marunda langsung pergi begitu saja.

"Saya bawa nenek ini ke pendaftaran. Sampai di situ, ada PNS, ada non-PNS di pendaftaran rumah susun. Semua lihatin saya, Kepala UPT-nya pergi," kata Ahok kesal.

KOMPAS.com/Andri Donnal Putra Wali Kota Jakarta Utara Rustam Effendi.
Tak ada yang mau memberi daftar penerima unit rusun kepada Ahok. Saking kesalnya, Ahok sampai meminta sang ajudan untuk mempersiapkan senjata jika perlawanan terjadi.

Keesokan harinya, Ahok meminta Joko Widodo yang saat itu menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta untuk memecat semua pejabat UPT Rusun Marunda. Kemudian, Ahok mengaku langsung didatangi oleh Novizal, yang ketika itu menjabat sebagai Kepala Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta.

"Pak Novizal datang dibawa sama Pak Putu (mantan Kepala Dinas P2B Putu Indiana) dan Pak Moko (mantan Asisten Sekda bidang Pembangunan Wiriyatmoko), bawa surat ke saya. Katanya Pak Novizal mau mengundurkan diri kalau semua (pejabat) UPT dipecat, itu tembusan ke gubernur," kata Ahok.

"Katanya, 'Kalau Bapak pecat, ini pejabat eselon II akan mundur semua'," kata Ahok.

Kompas.com/Alsadad Rudi Mantan Kepala Dinas Tata Air DKI Jakarta Tri Djoko Sri Margianto usai acara pelantikan pejabat penggantinya, di Balai Kota, Kamis (3/12/2015)
Ternyata, lanjut dia, surat tembusan belum diterima Jokowi. Karena itu, ia menganggap hal ini sebagai gertakan dari anak-anak buahnya. Akhirnya, Jokowi mengizinkan Ahok memecat para pejabat UPT Rusun Marunda.

"Dari dulu saya digertak. Saya justru, (PNS) mogok semua saja, biar hemat gaji," kata Ahok.

Novizal pun menjadi pejabat eselon II pertama yang mengundurkan diri, disusul oleh mantan Sekretaris Daerah Fadjar Panjaitan, mantan Wali Kota Jakarta Barat Burhanuddin, mantan Kepala Dinas Perindustrian dan Energi Haris Pindratno, mantan Kepala Dinas Tata Air Tri Djoko Sri Margianto, dan Wali Kota Jakarta Utara Rustam Effendi.

Entah kebetulan atau tidak, banyak pejabat mengundurkan diri setelah terlibat perbedaan pendapat dengan Ahok.

Kompas TV Inilah Pejabat DKI yang Mundur di Era Ahok
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

Megapolitan
Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Megapolitan
Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Megapolitan
Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com