JAKARTA, KOMPAS.com - Meski sudah tinggal di rumah susun sewa, mantan warga Pasar Ikan masih bolak-balik ke daerah tempat tinggalnya dulu. Di sana, mereka ikut mengambil bantuan sembako di posko.
Mereka beralasan, meski sudah tinggal di rusun, belum ada yang bisa mereka lakukan untuk mendapatkan penghasilan yang mencukupi.
Misalnya saja Rus (60). Mantan warga RW 04 yang saat ini tinggal di Rusun Marunda ini mengaku setiap pagi datang ke Posko pengungsi di Pasar Ikan.
"Aku enggak betah karena enggak ada pemasukan dan pencarian. Bisanya hanya merenung aja," ujar Rus dengan wajah muram, saat berbincang dengan Kompas.com, di Pasar Ikan, Jakarta Utara, Rabu (27/4/2016).
Saat ini, Rus membuka warung kecil di Rusun Marunda dengan pendapatan per hari Rp 30.000. Dia mengatakan, pendapatan tersebut jelas tidak mencukupi kebutuhan keluarganya.
Sebelum Pasar Ikan ditertibkan, Rus berjualan berbagai bahan pokok dengan pendapatan yang bisa memenuhi kebutuhan keluarganya setiap bulan.
Menurut dia, di posko pengungsi, dia bisa mendapatkan berbagai perlengkapan pokok atau untuk makan sehari hari secara gratis.
Selain Rus, ada Etik yang sudah mendapatkan rusun di daerah Rawa Bebek, Jakarta Timur. Dia terpaksa kembali ke posko dengan alasan yang sama, yakni sulit mendapatkan mata pencarian.
Etik yang harus menghidupi anaknya yang masih duduk di Sekolah Dasar ini mengaku tak ada yang bisa dikelola di rusun tersebut.
"Masih sepi di sana, enggak bisa bikin usaha. Kalo di Pasar Ikan, biasanya saya jual pakaian," ujar Etik.
Kehidupan Etik semakin sulit karena suaminya sudah meninggal. Saat ini, Etik hanya mengandalkan bantuan dari kerabatnya.