Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jawaban Pihak Puskesmas soal Meninggalnya Bayi Razqa yang Demam Setelah Imunisasi

Kompas.com - 19/05/2016, 19:42 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo, dr Maryati, menyatakan, hasil pemeriksaan sementara terhadap seorang dokter di puskesmasnya terkait kematian seorang bayi berusia lima bulan, Razqa Al Khalifi Pamuji, belum menemukan adanya dugaan kelalaian atau malapraktik.

"Sejauh yang saya periksa masih sesuai dengan prosedur," kata Maryati, saat dihubungi Kompas.com, Kamis (19/5/2016) malam.

(Baca juga: Sudinkes Jaktim Usut Meninggalnya Bayi Rasqa yang Demam Setelah Imunisasi)

Menurut Maryati, awalnya, Rabu (11/5/2016), bayi Razqa melakukan imunisasi di puskesmas tersebut.

Setelah imunisasi, Razqa mengalami demam. Suhu badan Razqa sempat turun pada Sabtu (14/5/2016).

Kemudian pada Minggu (15/5/2016), Razqa dibawa berobat ke UGD puskesmas tersebut karena kembali demam.

"Nah berobat ke UGD sama dokternya diperiksa, tidak ada tanda-tanda kegawatan, sehingga sama dokternya untuk kembali besok untuk periksa darah di hari Senin (16/5/2016)," ujar Maryati.

Namun, menurut catatan pihak puskesmas, orangtua Razqa tidak datang untuk membawa anaknya cek darah pada hari Senin.

"Datangnya hari Rabu (18/5/2016) pagi jam 06.40 (bayinya) sudah dalam kondisi yang parah. Oleh dokter UGD segera disiapkan rencana rujukan sambil dikasih oksigen sama penurun panasnya," ujar Maryati.

Malangnya, saat hendak dibawa untuk dirujuk, Razqa mengalami abnon atau berhenti bernafas.

"Akhirnya dilakukan leksusitasi, leksusitasi selama 30 menit tidak berhasil, dicek ternyata pupilnya atau matanya di senter tidak respon berarti memang sudah meninggal. Jadi seperti itu, kami juga bingung malaprakteknya di mana?" ujar Maryati.

(Baca juga: Orangtua Menuding, Dokter yang Tangani Bayi Razqa Tidak Jujur)

Menurut dia, ketika dibawa kembali ke puskesmas, Razqa sudah dalam kondisi parah.

Dengan demikian, kata dia, tidak memungkinkan bagi dokter untuk melakukan diaognosis, tetapi langsung penanganan.

"Memang sudah dalam keadaan berat. Otomatis kita tidak melakukan tindakan diagnoisis, tapi melakukan tindakan kegawatannya," ujar Maryati.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Megapolitan
PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com