JAKARTA, KOMPAS.com - Minggu siang (26/6/2016), Kevin duduk di bangku di kios rotinya di terowongan penyeberangan orang (TPO) Jakarta Kota. Sembari mengipas-ngipaskan uang, Kevin menegur anak-anak yang meremas ketupas hiasan yang tergantung di depannya.
"Eh dek jangan," katanya kepada anak-anak itu.
Sejak pertengahan Mei lalu, terowongan ini memang dihiasi ketupat plastik warna-warni di setiap sudutnya. Sebagian tergantung di plafon, sebagian terikat di tanaman hias, sebagian lagi di sepanjang dinding dan dihiasi lampu warna-warni. Jika anda menginjak terowongan ini setahun sebelumnya, pasti mengingat betapa kumuhnya kawasan ini.
Setahun lalu, terowongan ini masih sepi pejalan kaki. Padahal, saat terowongan ini diresmikan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo pada 2008, orang yang ingin ke Museum Fatahillah, Museum Bank Mandiri, Pasar Asemka, maupun sudut-sudut lain kawasan Kota Tua dari Stasiun Jakarta Kota maupun Halte Busway Kota, harus melewati terowongan ini demi keamanan.
Lantaran kondisinya yang tidak layak, para pelintas lebih senang melewati trotoar di atas, menyeberang jalan di kawasan Kota yang padat.
Namun sejak Juli 2015, keadaan mulai berubah. Bangunan terowongan mulai dibersihkan. Pedagang kaki lima mulai ditata. Air mancur kembali dihidupkan. Dan terowongan ini mulai layak digunakan.
Adalah Kevin, sosok di balik transformasi terowongan Jakarta Kota. Pria Batak ini telah berdagang di kawasan Kota Tua sejak 2013 lalu. Namun waktu itu dagangannya belum seperti sekarang dengan rak besi sebagai etalase.
Sebab dulu, Kevin sering berpindah-pindah antara terowongan dengan trotoar di atasnya karena selalu diuber-uber Satpol PP.
"Dulu di sini itu jadi tempatnya kejahatan, anak punk tidur, jambret, bahkan maaf, sampai prostitusi juga di sini," kata Kevin.
Minimarket muncul
Kevin prihatin dengan keadaan ini. Ia berpikir betapa sayang fasilitas umum ini justru menjadi sarang kejahatan alih-alih dimanfaatkan sesuai fungsinya. Kevin pun berinisiatif untuk mengubahnya. Ia menghadap ke Kepala TPO kala itu, Djoko Purnomo.
Kevin meminta izin agar pedagang dapat berjualan sambil membantu membersihkan. Djoko waktu itu mengatakan tidak ada izin sehingga tidak diperbolehkan. Lalu berganti kepemimpinan, Kevin kembali merayu Kepala TPO yang baru, Revi Zulkarnaen. Revi memperbolehkan Kevin dan PKL lain berjualan pada akhir pekan dengan syarat, siap diusir Satpol PP.
"Ya lumayan, kami tarikin retribusi buat ongkos kebersihan, mulai ramai waktu itu," katanya.
Tak lama pada tahun 2014, sebuah minimarket muncul di terowongan itu. Kevin pun jengah karena selama ini meminta izin berjualan tidak diperbolehkan namun minimarket yang modalnya besar diperbolehkan.
"Akhirnya waktu itu saya menghadap Dinas Perhubungan, terus ke BPKAD (Badan Pengelola Keuangan Aset Daerah), saya bilang kenapa mentang-mentang orang kaya boleh jualan, emang bayar berapa sih dia? Kami yang PKL juga mampu bayar kok," ketusnya.