Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Garuda Indonesia: Kalau "Delay" di bawah Satu Jam, Penumpang Masih Bisa Memahami

Kompas.com - 04/07/2016, 21:22 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera

Penulis


TANGERANG, KOMPAS.com -
Vice President Corporate Communications Garuda Indonesia, Benny S Butarbutar menjelaskan keterlambatan jadwal penerbangan atau delay yang dialami Garuda Indonesia di Bandara Soekarno-Hatta tidak terlalu signifikan. Pihaknya juga menyampaikan dalam kurun waktu 27 Juni 2016 himgga 3 Juli 2016, Garuda Indonesia mencatat rata-rata tingkat ketepatan waktu penerbangan (On Time Performance) di Bandara Soekarno-Hatta sebesar 88,29 persen.

"Rata-rata delay-nya di bawah satu jam. Kalau delay di bawah satu jam, penumpang masih bisa memahami. Kalau di atas dua atau tiga jam, kami akan memberikan kompensasi seperti yang diatur oleh Kementerian Perhubungan," kata Benny kepada Kompas.com, Senin (4/7/2016) malam.

Benny menjelaskan, jumlah rata-rata penerbangan Garuda Indonesia di Bandara Soekarno-Hatta per hari mencapai 189 penerbangan. Jumlah rata-rata itu terhitung pada periode peak season seperti libur Lebaran saat ini.

Dia juga mengungkapkan, pada peak season, sejumlah penerbangan memang mengalami keterlambatan di beberapa bandara besar di Indonesia. Keterlambatan diakibatkan berbagai faktor, seperti kepadatan lalu lintas penerbangan dan lonjakan penumpang arus mudik angkutan Lebaran.

Bila melihat data On Time Performance (OTP) Penerbangan Keberangkatan Domestik Bandara Soekarno-Hatta periode 1-4 Juli 2016 per pukul 19.45 WIB hari ini, tercatat Garuda Indonesia tetap mengalami delay terbanyak, yakni 94 penerbangan dari total 640 jadwal penerbangan.

Jumlah delay terbanyak kedua disusul oleh Sriwijaya Air dengan 69 penerbangan dari total 223 jadwal penerbangan. Maskapai dengan penerbangan delay terbanyak ketiga ditempati oleh Lion Air, dengan 64 penerbangan dari total 508 penerbangan.

Kebanyakan delay di tiga maskapai itu berada pada rentang waktu 30-60 menit dan 61-120 menit. Jumlah penerbangan yang delay di atas masih sementara, mengingat sistem terus mencatat atau update jika ada penerbangan yang jadwalnya terlambat.

Kompas TV Kemenhub Bakal Awasi Pelaksanaan Kompensasi Delay
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Diotopsi di RS Polri Sebelum Dibawa Keluarga ke Manado

Jenazah Brigadir RAT Diotopsi di RS Polri Sebelum Dibawa Keluarga ke Manado

Megapolitan
Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Megapolitan
Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Megapolitan
PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com