JAKARTA, KOMPAS.com — Situasi di RS Harapan Bunda, Jakarta Timur, mulai memanas menyusul hadirnya para orangtua korban vaksin palsu yang meminta penjelasan dari pihak rumah sakit tersebut, Senin (18/7/2016). Sejumlah orangtua tampak kesal karena menganggap tidak ada akses yang dibuka oleh pejabat RS Harapan Bunda.
Pantauan Kompas.com di lokasi, keadaan tampak memanas saat para orangtua menuntut naik ke lantai dua rumah sakit untuk menemui pihak manajemen. Beberapa orangtua sempat berdiskusi dengan personel kepolisian yang bertugas agar dapat menemui manajemen rumah sakit tersebut.
Namun, pembicaraan warga dengan Kepala Polsek Ciracas Komisaris Tuti Aini berlangsung alot.
"Pilihan cuma dua, Ibu bisa menghadirkan mereka ke sini untuk beri penjelasan atau kami naik ke atas," kata salah satu orangtua, di RS Harapan Bunda, Jakarta Timur, Senin siang.
Tuti meminta para orangtua pasien untuk tetap tenang. Setelah itu, para orangtua kembali berjalan mengelilingi gedung untuk mencari cara menemui pejabat rumah sakit. Personel kepolisian yang bertugas di lokasi tetap mengawasi aktivitas para orangtua.
Namun, semua pintu akses untuk naik ke lantai atas tertutup pihak rumah sakit. Hal itu membuat para orangtua semakin kesal.
"Ini perlakuan yang tidak benar. Kita mencari orang yang bertanggung jawab, tapi semua akses ditutup, lift ditutup, pintu ditutup, tangga ditutup," teriak seorang warga.
Sementara itu, beberapa petugas satpam rumah sakit kewalahan menghadapi para orangtua pasien. Bahkan, ada satpam yang ditarik paksa ke pintu masuk dan diminta untuk membuka akses menemui manajemen.
"Panggil manajemen kamu," ujar warga.
Perwakilan warga, August Siregar, mengatakan, pihak RS Harapan Bunda tidak memberi respons atas tujuh poin tuntutan yang dibuat warga terhadap rumah sakit tersebut.
"Tuntutan kita yang tujuh poin itu dulu, tetapi tidak ada responsnya," ujar August. Adapun puluhan personel kepolisian terlihat berjaga melakukan pengamanan di RS Harapan Bunda. Satuan Brimob juga dilibatkan dalam pengamanan tersebut.