JAKARTA, KOMPAS.com - Sekolah Kharisma Bangsa membantah berkaitan dengan Organisasi Teroris Fethullah (FETO). Ada pun FETO adalah sebutan dari Pemerintah Turki untuk para pengikut ulama Fethullah Gulen yang gagal melakukan kudeta beberapa waktu lalu. Gulen diketahui mengasingkan diri di Amerika Serikat.
Bantahan Sekolah Kharisma Bangsa berkaitan dengan pernyataan Pemerintah Turki lewat siaran pers Kedutaan Besar Turki di Jakarta pada Kamis (28/7/2016) kemarin.
Pemerintah Turki menyebutkan, ada sembilan lembaga pendidikan yang tersebar di berbagai kota di Indonesia yang terkait dengan FETO, satu diantaranya adalah Sekolah Kharisma Bangsa.
Kepala Sekolah Kharisma Bangsa, Sutirto menegaskan bahwa Kharisma Bangsa bukanlah sekolah Turki. Izin operasional sekolah ini diajukan oleh Yayasan Kharisma Bangsa. Sehingga manajemen pun dikelola 100 persen oleh orang Indonesia.
"Kami jelas membantah kalau seperti itu (dianggap berkaitan dengan FETO)," kata Kepala Sekolah Kharisma Bangsa, Sutirto kepada Kompas.com di Sekolah Kharisma Bangsa, Tangerang Selatan, Jumat (29/7/2016).
Sutirto mengakui bahwa Sekolah Kharisma Bangsa pernah bekerjasama dengan PASIAD, organisasi non pemerintah yang digerakkan oleh masyarakat Turki. PASIAD dikaitkan dengan Fethullah Gulen. Namun, kerja sama yang dimulai sejak 2006 itu berakhir pada tahun akhir 2014.
Kerja sama berakhir setelah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI menertibkan sekolah berstandar internasional. Sekolah Kharisma Bangsa pun berubah status dari berstandar internasional menjadi Satuan Pendidikan Kerjasama (SPK).
Salah satu syarat SPK adalah menjalin kerjasama dengan lembaga pendidikan internasional. Karena PASIAD bukan lembaga pendidikan, Sekolah Kharisma Bangsa akhirnya menghentikan kerja sama tersebut.
Kini, Sekolah Kharisma Bangsa menjalin kerjasama dengan Amity College dari Australia sejak bulan Juli 2015.
"Kami pure pendidikan. Gak ada (kegiatan lain) selain pendidikan," ujar Sutirto.