Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penolak dan Relawan Ahok Berhadap-hadapan di Ciracas

Kompas.com - 15/11/2016, 17:44 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketika calon gubernur DKI Jakarta nomor pemilihan dua, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, berkampanye di Jalan Centex, Ciracas, Jakarta Timur, Selasa (15/11/2016), dua kelompok warga saling berhadapan dan melakukan provokasi.

Sekelompok orang dengan berbagai atribut penolakan terhadap Ahok berkumpul di lapangan bagian Gang Sopan. Sementara Ahok dan rombongannya masuk ke lapangan dari Gang Mandiri. Jarak antara kedua belah pihak sekitar 200 meter.

Begitu mengetahui Ahok dan rombongan sudah tiba, orang-orang yang menolak Ahok itu berlari ke arah lokasi kampanye.

Namun, mereka diadang anggota kepolisian dan relawan berbaju kotak-kotak serta beratribut Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P).

"Ini kampung kami juga. Itu tuh provokator," kata seorang dari kelompok penolak Ahok menunjuk ke salah seorang relawan Ahok. Mereka meminta Ahok agar cepat menyelesaikan kampanyenya di situ. Polisi mencoba menenangkan orang-orang yang menolak Ahok itu.

Namun, seorang relawan Ahok yang berkemeja kotak-kotak mengajak relawan lainnya untuk melawan mereka. Para relawan merasa punya hak yang sama untuk membela calon yang mereka dukung.

"Woi... maju semuanya yang pakai baju partai. Jangan takut," kata seorang relawan. Relawan juga menyanyikan yel-yel untuk menghalau orang-orang itu.

"Siapa kita... Siapa kita.. PAC Jakarta Timur," begitu yel-yel para relawan. Ketegangan antar dua pihak itu terus berlanjut hingga Ahok naik ke dalam mobil selesai melakukan kampanye.

Sekelompok orang yang menolak Ahok itu, yang awalnya berada di lapangan, terlihat mengadang di luar gang. Namun, anggota kepolisian menghalau mereka.

Ahok pun meninggalkan lokasi dengan lancar. Setelah Ahok pulang, orang-orang itu masih berkomunikasi dengan polisi. Mereka tidak terima Ahok datang ke lingkungan tempat tinggal mereka.

Sementara relawan Ahok yang berjarak sekitar 100 meter dari para penolak Ahok bersama-sama menyanyikan lagu Garuda Pancasila. Nyanyian itu membuat orang-orang yang tolak Ahok tersebut kesal.

"Tuh Pak suruh diem," teriak mereka kepada polisi.

Beberapa anggota kepolisian kemudian menenangkan kedua belah pihak.

"Tenang.... Tenang.... Bapak, Ibu diam juga dong," kata seorang anggota kepolisian. Sekitar pukul 16.30, polisi dapat membubarkan kedua kelompok orang terserbut dari lokasi itu.

Kompas TV Polisi Gelar Perkara Dugaan Penistaan Agama
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Minta Keadilan dan Tanggung Jawab Sekolah

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Minta Keadilan dan Tanggung Jawab Sekolah

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior, Keluarga Temukan Banyak Luka Lebam

Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior, Keluarga Temukan Banyak Luka Lebam

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Sebut Korban Tak Punya Musuh

Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Sebut Korban Tak Punya Musuh

Megapolitan
Otopsi Selesai, Jenazah Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior Akan Diterbangkan ke Bali Besok

Otopsi Selesai, Jenazah Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior Akan Diterbangkan ke Bali Besok

Megapolitan
Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Megapolitan
Heru Budi Diminta Tegur Wali Kota hingga Lurah karena RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi

Heru Budi Diminta Tegur Wali Kota hingga Lurah karena RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi

Megapolitan
Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Megapolitan
BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

Megapolitan
Status Taruna STIP yang Aniaya Junior Bakal Dicopot

Status Taruna STIP yang Aniaya Junior Bakal Dicopot

Megapolitan
Duka pada Hari Pendidikan, Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior

Duka pada Hari Pendidikan, Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Mahasiswanya Tewas Dianiaya Senior, Ketua STIP: Tak Ada Perpeloncoan, Murni Antarpribadi

Mahasiswanya Tewas Dianiaya Senior, Ketua STIP: Tak Ada Perpeloncoan, Murni Antarpribadi

Megapolitan
Fakta-fakta Kasus Pembunuhan Mayat Dalam Koper di Cikarang

Fakta-fakta Kasus Pembunuhan Mayat Dalam Koper di Cikarang

Megapolitan
Bagaimana jika Rumah Potong Belum Bersertifikat Halal pada Oktober 2024? Ini Kata Mendag Zulhas

Bagaimana jika Rumah Potong Belum Bersertifikat Halal pada Oktober 2024? Ini Kata Mendag Zulhas

Megapolitan
Tewasnya Mahasiswa STIP di Tangan Senior, Korban Dipukul 5 Kali di Bagian Ulu Hati hingga Terkapar

Tewasnya Mahasiswa STIP di Tangan Senior, Korban Dipukul 5 Kali di Bagian Ulu Hati hingga Terkapar

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com