Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Balik Perubahan Ahok yang Membuatnya Tak Dikenali Istri

Kompas.com - 01/12/2016, 08:00 WIB
Jessi Carina

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com -
Calon gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, mulai menunjukkan perubahan sikap setelah dia ditetapkan menjadi tersangka kasus dugaan penistaan agama.

Basuki atau Ahok sekarang sangat berhati-hati dengan ucapannya. Saat di Rumah Lembang, Menteng, Rabu (30/11/2016), Ahok sering meralat kata-katanya, misalnya seperti ketika dia mengucapkan kata 'pelit'.

"Eh bukan pelit ya, tapi hemat he-he-he," ujar Ahok.

(Baca: Perbaikan Lingkungan Hidup Ala Ahok...)

Pada hari sebelumnya, Ahok pernah bercerita tentang warga yang bertanya apakah boleh mereka tinggal di rusun sampai lima turunan. Ahok mengatakan dia sempat marah karena pertanyaan itu.

"Saya marah, dasar goblok masa doain sampai 5 turunan tetap tinggal di rusun?" ujar Ahok.

Namun, Ahok langsung meralat ucapannya. Dia mengatakan dia kini sudah berubah dan tidak mau lagi berkata kasar.

"Oh kalau sekarang berubah cara ngomongnya, ini Ahok versi baru. Bilangnya, 'kamu kurang pintar, kamu harus doakan cucumu jadi Presiden dong. Masa doain masih di rusun?" ujar Ahok.

Ahok mengakui perubahan ini. Dia pernah bercerita tentang istrinya, Veronica Tan, yang tidak lagi mengenalinya karena perubahan tersebut.

Ahok mengatakan Veronica sampai heran ketika melihat dia terdiam dan hanya mengangguk-angguk di televisi.

"Istri saya bilang, 'saya seperti tidak melihat Ahok lagi, kamu jadi orang lain'," ujar Ahok.

Di balik perubahan itu, Ahok ternyata memiliki sejumlah alasan. Ahok merasa perubahan ini adalah hal yang memang perlu dia lakukan karena sudah banyak orang yang menasihatinya untuk lebih menjaga perkataan.

Menurut Ahok, beberapa kata yang sering dia lontarkan dianggap kasar oleh beberapa orang. Padahal, menurut dia, kata-kata tersebut tidak kasar dan hal biasa di Belitung.

"Tapi saya tidak pernah menyebut orang dengan nama binatang karena menurut saya derajat kita lebih tinggi," ujar dia.

(Baca: Ahok: Saya Bukan Pemimpin, Saya Ini Pelayan Bapak dan Ibu...)

Ahok mengatakan, mungkin ini hikmah dari nama Basuki yang diberikan ayahnya. Menurut dia, ini berarti ayahnya ingin Ahok lebih lemah lembut dengan menggunakan nama Jawa.

Dia pun bersedia berubah menjadi pribadi yang lebih baik. Apalagi dia merupakan gubernur yang harus jadi panutan banyak orang.

"Karena jadi manusia baik itu grafiknya harus naik turun, tetapi tetap menuju ke atas, karena enggak ada manusia yang sempurna," ujar Ahok.

"Saya minta yang dukung saya, dukung dalam doa, kritik, dan teguran. Saya satu tahun atau dua tahun ini sudah lebih baik dari sebelumnya," lanjut Ahok.

Kompas TV Ahok Akui Elektabilitas Turun Karena Kasus Penistaan Agama
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Diterima Jadi Polisi, Casis Bintara Korban Begal: Awalnya Berpikir Saya Gagal

Diterima Jadi Polisi, Casis Bintara Korban Begal: Awalnya Berpikir Saya Gagal

Megapolitan
Polisi Kantongi Identitas Pengemudi Fortuner yang Halangi Laju Ambulans di Depok

Polisi Kantongi Identitas Pengemudi Fortuner yang Halangi Laju Ambulans di Depok

Megapolitan
Dapat Ganti Untung Normalisasi Ciliwung, Warga Rawajati Langsung Beli Rumah Baru

Dapat Ganti Untung Normalisasi Ciliwung, Warga Rawajati Langsung Beli Rumah Baru

Megapolitan
Tak Gentarnya Jukir Liar di Minimarket, Masih Nekat Beroperasi meski Baru Ditertibkan

Tak Gentarnya Jukir Liar di Minimarket, Masih Nekat Beroperasi meski Baru Ditertibkan

Megapolitan
Kilas Balik Kasus Pembunuhan Vina Cirebon, Kronologi hingga Rekayasa Kematian

Kilas Balik Kasus Pembunuhan Vina Cirebon, Kronologi hingga Rekayasa Kematian

Megapolitan
Dikritik Ahok soal Penonaktifan NIK KTP Warga Jakarta, Heru Budi Buka Suara

Dikritik Ahok soal Penonaktifan NIK KTP Warga Jakarta, Heru Budi Buka Suara

Megapolitan
Walkot Depok Terbitkan Aturan Soal 'Study Tour', Minta Kegiatan Dilaksanakan di Dalam Kota

Walkot Depok Terbitkan Aturan Soal "Study Tour", Minta Kegiatan Dilaksanakan di Dalam Kota

Megapolitan
Rumahnya Digusur Imbas Normalisasi Kali Ciliwung, Warga: Kita Ikut Aturan Pemerintah Saja

Rumahnya Digusur Imbas Normalisasi Kali Ciliwung, Warga: Kita Ikut Aturan Pemerintah Saja

Megapolitan
KPU Kota Bogor Lantik 30 Anggota PPK untuk Kawal Pilkada 2024

KPU Kota Bogor Lantik 30 Anggota PPK untuk Kawal Pilkada 2024

Megapolitan
Mau Bikin 'Pulau Sampah', Heru Budi: Sampah Sudah Enggak Bisa Dikelola di Lahan Daratan

Mau Bikin "Pulau Sampah", Heru Budi: Sampah Sudah Enggak Bisa Dikelola di Lahan Daratan

Megapolitan
Polri Gerebek Gudang Penyelundupan 91.246 Benih Bening Lobster di Bogor

Polri Gerebek Gudang Penyelundupan 91.246 Benih Bening Lobster di Bogor

Megapolitan
Walkot Jaksel: Warga Rawajati yang Terdampak Normalisasi Ciliwung Tidak Ada yang Protes

Walkot Jaksel: Warga Rawajati yang Terdampak Normalisasi Ciliwung Tidak Ada yang Protes

Megapolitan
4 Pelaku Sudah Ditangkap, Mobil Curian di Tajur Bogor Belum Ditemukan

4 Pelaku Sudah Ditangkap, Mobil Curian di Tajur Bogor Belum Ditemukan

Megapolitan
Ketua DTKJ Daftar Cawalkot Tangerang, Janjikan Integrasi Bus Tayo dengan KRL dan Transjakarta

Ketua DTKJ Daftar Cawalkot Tangerang, Janjikan Integrasi Bus Tayo dengan KRL dan Transjakarta

Megapolitan
Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Diserang Begal dengan Diterima Jadi Polisi

Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Diserang Begal dengan Diterima Jadi Polisi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com