JAKARTA, KOMPAS.com — Meski hanya menjabat hingga Februari 2017, Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta Sumarsono ingin menciptakan nuansa Betawi yang kental di Jakarta.
Sebab, kata dia, Betawi merupakan fondasi masyarakat Jakarta. Namun, tidak ada rasa Betawi ketika masyarakat berkunjung di Jakarta.
"Jakarta enggak kerasa Betawinya. Turis begitu turun dari pesawat, apa terasa Betawinya? Masuk Jakarta sudah seperti Singapura, bangun Jakarta harus dengan rasa Betawi, jangan bangun Jakarta dengan rasa Amerika atau Kentucky Fried Chicken," kata Sumarsono dalam sambutannya pada pembukaan Rapat Kerja III Bamus Betawi, di Hotel Prioritas, Cisarua, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (3/12/2016) lalu.
(Baca juga: Pujian dan Sorak-sorai untuk Plt Gubernur DKI di Acara Bamus Betawi)
Untuk menciptakan nuansa Betawi di Jakarta, Sumarsono menerbitkan dua aturan.
Kedua aturan tersebut adalah Peraturan Daerah (Perda) Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pelestarian Kebudayaan Betawi dan Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 229 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Pelestarian Kebudayaan Betawi.
Dia berharap Bamus Betawi dapat merumuskan satu simbol untuk menjadi ikon Betawi dalam satu pekan ini.
Selain itu, Sumarsono mencairkan dana hibah untuk Bamus Betawi pada APBD Perubahan 2016.
Awalnya, Gubernur DKI Jakarta non-aktif, Basuki Tjahaja Purnama, mendisposisi untuk tidak mencairkan dana hibah Bamus Betawi pada APBD 2016.
Hal itu disebabkan acara Lebaran Betawi yang diselenggarakan Bamus Betawi diduga bernuansa politis.
Berganti kepemimpinan, Sumarsono mencairkan dana hibah pada APBD Perubahan 2016 sebesar Rp 2,5 miliar.
"Budaya Betawi bicara cipta, karya, dan rasa. Pantaskah bantuan Bamus Betawi tidak dicairkan? Kalau bicara rasio boleh iya, tetapi kalau bicara rasa, rasanya tidak. Makanya, tangan saya akhirnya meneken keputusan untuk mencairkan hibah Bamus Betawi, saya bertanggung jawab dunia akhirat. Jelang kebangkitan Betawi, saya berikan dukungan sepenuhnya," kata Sumarsono.
(Baca juga: Sumarsono: Bamus Betawi Jangan Gunakan Dana Hibah untuk Pilkada DKI, "No Way!")
Ia berharap dana hibah tersebut dapat dioptimalkan Bamus Betawi untuk mengimplementasikan dua aturan tersebut.
Dengan demikian, ia berharap Jakarta dengan rasa Betawi dapat terwujud.
Jika Bamus Betawi telah menyepakati satu ikon Betawi, nantinya Sumarsono akan menerbitkan surat keputusan (SK) atau instruksi gubernur agar semua ornamen bangunan atau suvenir di Jakarta berbentuk atau memuat ikon tersebut.
Sumarsono akan mewajibkan semua bangunan publik, seperti kantor kelurahan, memiliki ornamen dengan ikon Betawi.
Selain itu, seragam pegawai negeri sipil (PNS) akan dibuat mengandung ikon Betawi.
Adapun empat ikon yang akan dibahas oleh Bamus Betawi adalah ondel-ondel, kembang kelapa, elang bondol, dan gigi balang.
Nantinya, Bamus Betawi akan merapatkan hal ini bersama ahli sejarah untuk menentukan ikon Betawi.
"Nanti semua orang ber-selfie ria di depan logo Betawi di bangunan publik, terutama yang milik Pemprov DKI, mulai dari kantor kelurahan sampai kantor provinsi. Kalau foto itu dimasukkan ke Facebook, hari itu juga dunia mengenal Betawi. Kalau perlu tusuk gigi atau kecap gambarnya ondel-ondel begitu," kata Sumarsono.
(Baca juga: Sumarsono: Pantaskah Dana Hibah Bamus Betawi Tidak Dicairkan?)
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.