Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

E-KTP Lambat, Mendagri Beralasan Ada 100 Pejabat yang Dipanggil KPK

Kompas.com - 29/03/2017, 12:06 WIB
David Oliver Purba

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo mengatakan, ada lebih dari 100 orang pejabat di Kementerian Dalam Negeri yang dalam setahun belakangan dipanggil oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Pemanggilan dilakukan terkait kasus korupsi e-KTP.

Tjahjo mengatakan, para pejabat itu terdiri dari panitia lelang Kemendagri dan pejabat internalnya. Seluruh Kepala Dinas Pendudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil) di seluruh pemerintah provinsi juga sempat dipanggil untuk dimintai keterangan.

Hal itu, lanjut Tjahjo yang membuat lelang blanko e-KTP dihentikan. Penghentian lelang akhirnya berdampak terhadap lambatnya pendistribusian blanko e-KTP ke seluruh Indonesia.

"Kenapa 2,5 tahun terlambat? Karena 68 pejabat internal bolak balik dipanggil KPK. Secara psikis wajar. Panitia lelang kemendagri 40 orang dipanggil KPK. Ujung-ujungnya ya dalangnya adalah panitia lelang," ujar Tjahjo saat menyampaikan sambutan di pembukaan Musrenbang Provinsi DKI Jakarta di Balai Kota, Rabu (29/3/2017).

Tjahjo mengatakan, dalam pengadaan blanko ditemukan ada mark up atau penggelembungan harga satuan blanko. Harga pasaran satu blanko yang seharusnya Rp 4.700 menjadi Rp 16.000.

Tjahjo juga menyoroti pemenang lelang proyek blanko yang dimenangkan perusahaan asal Amerika. Hal itu menurut Tjahjo dianggap berbahaya karena secara tidak langsung data rahasia pemerintah bisa bocor ke pihak asing.

"Ini jujur menyita kesibukan dan pikiran. Belum lagi tagihan dari perusahan asing. Kenapa e-KTP menang tender adalah perusahaan Amerika. Padahal harus dijaga data itu," ujar Tjahjo. (Baca: Mendagri Sebut "Mark Up" Korupsi E-KTP Capai Empat Kali Lipat)

"Dan lagi ini perusahaan belum dibayar. Padahal negara sudah menganggarkan anggaran sampai 90 juta dollar AS, tapi biarkan itu KPK yang tangani," ujar Tjahjo.

KPK telah menetapkan tiga orang sebagai tersangka dalam kasus dugaan korupsi yang merugikan negara senilai Rp 2,2 triliun ini. Mereka adalah Direktur Pengelola Informasi Administrasi Kependudukan Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kemendagri Sugiharto.

Lalu, mantan Direktur Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kemendagri Irman. KPK juga menetapkan pengusaha Andi Agustinus atau Andi Narogong sebagai tersangka.

Kompas TV Kementerian Dalam Negeri Tender Ulang Proyek KTP Elektronik
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Megapolitan
PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com