Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Enggak Pernah Bayar Parkir Meter Sendiri, soalnya Ada Petugas yang Bantu"

Kompas.com - 03/05/2017, 14:21 WIB
Dea Andriani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Para pemilik kendaraan yang diparkir di Jalan Sabang, Jakarta Pusat, enggan membayar sendiri biaya parkirnya melalui mesin parkir meter.

Sejak 2014, parkir meter sudah diterapkan di sepanjang Jalan Sabang. Darno (42), seorang pengemudi yang memarkir mobilnya di Jalan Sabang, mengaku kerepotan apabila harus membayar parkir meter sendiri.

Alhasil, ia membayar tunai Rp 5.000 kepada petugas parkir yang ada,untuk kemudian ditukar dengan bukti pembayaran.

“Orang kita kan biasa begitu, enggak mau repot itu ha-ha. Jadi masih minta diketikin saja (oleh petugas parkir) sekalian deh,” ujar Darno saat ditemui Kompas.com usai memarkirkan kendaraannya di Jalan Sabang, Jakarta Pusat, Rabu (3/5/2017).

(Baca juga: Soal Parkir Meter, Ahok Sebut Mungkin Ormas-ormas Tidak Dapat Duit)

Meskipun begitu, ia merasa sistem yang diterapkan dengan menggunakan uang elektronik (e-money), lebih baik dibandingkan dengan menggunakan koin.

Terdapat enam produk bank yang digunakan untuk transaksi e-money, yakni, BCA Flazz, BNI Tapcash, BRI Brizzi, Bank Mandiri E-money, Bank Mega Megacard, dan Bank DKI Jakcard.

Namun, karena belum memiliki kartu e-money, Darno masih membayar secara manual.

“Seharusnya sih memang seperti itu (bayar sendiri). Saya sendiri kan enggak punya kartunya (e-money), jadi malas juga untuk bikin baru,” ujar Darno.

Adapun tarif yang dikenakan adalah per satu jam pertama dan berlaku akumulatif pada jam berikutnya, dengan rincian, untuk mobil sebesar Rp 5.000, untuk motor sebesar Rp 2.000, sedangkan untuk bus/truk sebesar Rp 8.000.

Senada dengan Darno, Iwan (27), juga sehari-harinya masih membayar parkir secara manual kepada petugas parkir.

Ia merupakan seorang pengemudi ojek online yang biasanya menunggu order penumpang di sekitar Jalan Sabang.

“Enggak pernah sih (bayar parkir meter sendiri). Soalnya masih ada (petugas parkir) yang bantu bayarin. Kadang suka lihat juga (pengguna kendaraan) yang diajarin (bayar parkir meter), tetapi jarang banget,” ujar Iwan, Kamis.

Ia mengaku tidak khawatir dengan sejumlah uang yang dibayarkan langsung kepada petugas parkir.

Menurut dia, sistem yang diterapkan pada parkir meter ini sudah terukur sehingga bisa meminimalkan kecurangan.

“Enggak takut (bayar ke petugas parkir), kan ketauan dari kartunya di situ ada saldonya, jadi bisa top up kalau habis dan semua ada bisa diukur sistemnya,” ujar Iwan.

(Baca juga: Saat Sandiaga Melirik Sistem "Online" untuk Gantikan Parkir Meter)

Berdasarkan pantauan Kompas.com, pengendara yang hendak parkir biasanya dihampiri oleh petugas parkir setempat untuk dimintai uang parkir sesuai dengan tarif yang berlaku.

Setelah itu, petugas parkir tersebut mendaftarkan nomor kendaraan ke dalam mesin parkir meter, untuk kemudian mendapatkan karcis kertas selaku bukti pembayaran.

Kemudian, karcis tersebut diberikan kepada pengendara secara langsung atau diselipkan di depan kaca mobil masing-masing.

Apabila kendaraan tersebut terparkir lebih dari satu jam, pengendara yang bersangkutan akan kembali membayar tunai kepada petugas parkir setempat.

Kompas TV Terkait beredar kabar, lahan parkir dikuasai preman dan 5 mesin parkir meter hilang,
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

Megapolitan
Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

Megapolitan
Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

Megapolitan
Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

Megapolitan
Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com