Di sebuah kantor di Jakarta, tanpa sengaja saya berjumpa dengan teman perempuan semasa duduk di bangku SMP.
Setelah berbincang, ternyata ia bekerja juga di kantor yang sama dengan saya, tetapi lain divisi. Ia sudah menikah dan dikaruniai seorang anak. Di kantor itu beberapa kali kami berpapasan, saling menyapa.
Singkat cerita, ia curhat soal dirinya dan suaminya, terutama saat mereka bertengkar. Ia mengakui kalau dirinya memiliki karakter mudah marah dan emosional, istilahnya “panasan”.
Karakter mudah marah ini yang sering memicu pertengkaran dengan suaminya. Sebaliknya, suaminya sebagai kepala keluarga tidak mau kalah juga.
Pertengkaran sering tidak bisa dihindari. Dari soal melepas baterai pager (alat komunikasi sebelum handphone) milik suaminya agar tidak bisa komunikasi, hingga soal kunci motor yang disembunyikan.
Pertengkaran paling sengit terjadi di rumahnya sendiri. Mereka saling berteriak dan serba menyalahkan satu dengan yang lain.
Akhirnya, teman saya ini membanting barang yang ada di dekatnya, kemudian menarik taplak meja yang di atasnya penuh makanan dan piring serta benda lain. Hancur berantakan di lantai.
Suaminya kemudian membalas, ia segera menarik selang air dan menyemprotkan air ke istrinya dan ke semua ruangan! Rumah dalam sekejap hancur berantakan dan basah, penuh genangan air.
Sampai di situ saya tidak tahu bagaimana cerita selanjutnya karena teman saya ini sudah mengundurkan diri dari tempat kerjanya dan tidak pernah kontak lagi dengan saya.
Ada lagi cerita lain. Informasi ini saya dengar dari saudara sendiri.
Adalah sebuah keluarga di kota kecil, usahanya berjualan di pasar. Suami istri ini sering bertengkar pula. Terutama sang suami yang temperamental dan ringan tangan. Istrinya sering dimarahi kalau salah, bahkan dipukuli hingga biru lebam.
Parahnya, suatu hari ketika mereka ribut besar, suaminya benar-benar kalap. Selain memaki-maki, juga memukuli istrinya sekenanya.
Suaminya juga mengobrak-abrik benda-benda yang ada di dekatnya. Bahkan televisi satu-satunya hiburan keluarga, dibanting ke dalam got di depan rumah hingga hancur lebur!
Beberapa bulan mereka tidak dapat menonton karena belum mampu membeli televisi lagi.
Emosi dasar manusia