JAKARTA, KOMPAS.com - Skema serupa pembiayaan kepemilikan hunian dengan DP nol rupiah yang dicetuskan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno sudah pernah dilaksanakan dahulu di Amerika Serikat. Kepala ekonom BCA David Sumual menceritakan, pembiayaan di AS yang menyasar kalangan menengah ke bawah dikenal dengan nama subprime mortgage.
"(Sasaran program) ada juga yang no job, no income, no down payment, itu ada dulu. Itu semacam strategi pemasaran juga ya dari bank-bank di AS untuk menarik nasabah yang selama ini enggak ter-cover KPR (kredit pemilikan rumah)," kata David saat berbincang dengan Kompas.com, Kamis (13/7/2017).
Kala itu, menurut David, masyarakat kelas menengah ke bawah bisa menempati hunian yang mereka cicil untuk jangka panjang. Bahkan, dengan uang muka yang rendah sampai tidak dikenakan uang muka sama sekali.
Perbedaan kemampuan finansial yang menyebabkan tingginya resiko tidak bisa melanjutkan cicilan, ditambah ada permainan dari bank dengan fasilitas KPR, menyebabkan dampak sistemik.
Dampak yang dimaksud hingga membuat harga properti anjlok, membengkaknya bunga dari DP dan cicilan, akhirnya menyebabkan gagal bayar berujung penyitaan aset.
"Jadi, harus hati-hati juga. Tergantung seberapa besar program DP nol rupiah ini berlangsung. Kalau di Amerika kan sangat besar dan akhirnya dampaknya bersifat sistemik," tutur David.
Baca: Soal Penerima DP 0, Sandiaga Pertimbangkan Pendapatan Rumah Tangga
Hal yang harus diperhatikan saat program DP nol rupiah berjalan adalah hitung-hitungan subsidi dengan pembiayaannya. Menurut David, Anies dan Sandi perlu memperjelas skema pembiayaan agar didapat angka pasti berapa yang dibutuhkan dari APBD DKI Jakarta untuk program ini.
"Kalau dari janji kampanye, hitung-hitungannya bisa sampai 2/3 anggaran habis untuk program ini. Jakarta kan anggarannya Rp 70 triliun terakhir, jadi harus dipilah-pilah dulu, takutnya anggaran-anggaran yang lain malah terbengkalai," ujar David.