JAKARTA, KOMPAS.com - Bus gandeng (articulated) Transjakarta tidak bisa melintas di jalur dua Terminal Blok M, Jakarta Selatan. Kepala Terminal Blok M Simon Ginting mengatakan, kondisi bangunan terminal yang rentan rusak menjadi penyebabnya.
"Dulu waktu dibangun, terminal ini tidak disiapkan untuk menahan beban bus gandeng," kata Simon, kepada Kompas.com, Senin (18/9/2017).
Terminal Blok M dibangun pada Oktober 1992, di atas Mal Blok M yang ada di bawah tanah. Adapun bus transjakarta baru beroperasi pada 2005 dan diberikan tempat di jalur satu.
Simon menyebut karena posisinya di pinggir, tidak ada kekhawatiran kelebihan beban ketika bus gandeng melintas. Namun seiring dengan meluasnya rute bus transjakarta, jalur dua di sebelahnya yang tadinya ditempatkan untuk bus PPD, Mayasari Bakti, Steady Safe, Aja Putra, dan APTB, kini dialihkan untuk bus transjakarta Koridor 13A Blok M-Ciledug, 7B Kampung Rambutan-Blok M, 6M Blok M-Stasiun Manggarai, dan 1C Blok M-Pesanggrahan.
(baca: Jalur Transjakarta di Terminal Blok M Kerap Diblokir Angkutan Lain)
Simon mengatakan tidak banyak yang bisa dilakukan Pemprov DKI Jakarta terkait penataan ulang terminal. Sebab, mal beserta terminal dimiliki dan dikelola oleh PT Langgeng Ayom Lestari.
Permintaan untuk tidak mengoperasikan bus gandeng ini diajukan PT Langgeng Ayom Lestari kepada PT Transjakarta. Selain itu, bus engkel (single) juga diatur jaraknya minimal dua bus sehingga tidak terlalu rapat dan menambah beban di satu titik.
"Kalau dua bus engkel rapat kan sama aja dengan bus gandeng, jadi kami atur jaraknya supaya tidak berenti lama rapat-rapat," ujar Simon.