JAKARTA, KOMPAS. com - Papan atau tempat tinggal merupakan salah satu kebutuhan pokok seseorang. Oleh sebab itu, umumnya orang akan membangun, membeli atau menyewa sebuah tempat tinggal untuk bernaung.
Demikian juga para kaum urban atau pendatang yang bermukim di sepanjang jalan inspeksi menuju Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Mereka yang datang dari berbagai daerah pun membutuhkan tempat tinggal, namun lokasi yang mereka sebut sebagai "rumah" sungguh tak lazim.
Tepi Jalan Inspeksi
Sebelum jalan inspeksi selesai dibangun, para pendatang ini mendirikan bedeng-bedeng (bangunan semi permanen) di pinggiran rel kereta api yang letaknya tak jauh dari kawasan itu. Sampai pada akhirnya PT Kereta Api Indonesia (KAI) mengusir mereka.
Dari pinggir rel sejumlah orang yang dipastikan tak memiliki KTP Jakarta ini kembali membangun bedeng, kali ini di sepanjang jalan inspeksi menuju Tanah Abang.
Baca juga : Melihat Jalan Tenaga Listrik Tanah Abang yang Dipenuhi Bedeng
Kawasan ini memang belum difungsikan dengan normal karena belum adanya palang pintu pelintasan kereta api di ujung jalan. Oleh sebab itu, para pendatang tampak leluasa menggunakan lahan tersebut sebagai tempat bermukim.
Bedeng-bedeng yang mereka tinggali juga nyaris memenuhi setengah badan jalan. Dengan terpal lusuh, kayu bekas dan kardus-kardus bekas mereka menyebut bedeng-bedeng tersebut sebagai "rumah".
Baca juga : Upaya Anies-Sandi Atasi Jalan Inspeksi Tanah Abang yang Jadi Lahan Prostitusi
Tanah Sedimen BKB
Tak hanya di kawasan itu, tanah sedimen di aliran Banjir Kanal Barat (BKB) pun turut dimanfaatkan.
Jika dilihat dari sisi seberang sungai, tepatnya di Jalan KS Tubun, Palmerah, Jakarta Barat, sejumlah bedeng juga nampak berjajar di sana.
Padahal, di lokasi tersebut sedang dijalankan proyek pengerukan sungai oleh Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC).
Jalan inspeksi yang baru saja selesai dibangun tersebut menjadi terlihat kumuh dengan kehadiran bedeng-bedeng tersebut.
Baca juga : Tanah Sempit di Pinggir Sungai BKB Juga Jadi Lahan Prostitusi
Pipa air
Tak hanya membangun bedeng untuk tempat tinggal, pipa air yang membentang di atas aliran BKB pun turut dijadikan tempat tinggal. Lagi-lagi, yang tinggal di sana bukanlah warga asli Jakarta.