Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Pengendara Motor Memilih Berteduh di Underpass daripada Pakai Jas Hujan...

Kompas.com - 16/11/2017, 17:34 WIB
Iwan Supriyatna

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Saat hujan deras, banyak pengendara motor berteduh di kolong jalan layang (flyover) maupun underpass. Kondisi tersebut kerap membuat arus lalu lintas menjadi macet.

Pantauan Kompas.com saat melintas di Pasar Minggu Jakarta Selatan, sejumlah pengendara motor berhenti di underpass yang tidak diperuntukan bagi kendaraan untuk berhenti.

Seno, salah seorang pengendara motor yang tinggal di Kalibata, mengaku lebih memilih berteduh di pinggir jalan dibanding memakai  jas hujan untuk kemudian melanjutkan perjalanan.

"Tanggung, rumah saya sudah dekat, jadi mending neduh dulu," kata Seno kepada Kompas.com, Kamis (16/11/2017).

Sama halnya dengan Seno, Ari yang juga merupakan seorang pengendara ojek online mengaku tidak terlalu suka memakai mantel hujan.

"Ribet, sudah gitu pas dipakai gerah. Berteduh dulu aja di sini (kolong underpass)," ucapnya seraya tertawa.

Baca juga : Musim Hujan, Bikers Wajib Bawa Jas Hujan

Ardan, yang juga sebagai pengendara motor mengaku lupa membawa jas hujan yang biasa dibawanya setiap hari.

"Kirain enggak bakal hujan," tuturnya.

Pengendara motor berteduh di bawah jembatan di kawasan Slipi, Jakarta, Jumat (14/11/2014). Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan wilayah DKI Jakarta diguyur hujan dengan intensitas ringan hingga sedang pada siang hingga malam hari. KOMPAS IMAGES/RODERICK ADRIAN MOZESRODERICK ADRIAN MOZES Pengendara motor berteduh di bawah jembatan di kawasan Slipi, Jakarta, Jumat (14/11/2014). Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan wilayah DKI Jakarta diguyur hujan dengan intensitas ringan hingga sedang pada siang hingga malam hari. KOMPAS IMAGES/RODERICK ADRIAN MOZES

DKI Jakarta dan sekitarnya saat ini hampir setiap hari diguyur hujan, baik itu siang, sore maupun malam hari. Bagi pengendara motor, memiliki jas hujan adalah suatu kebutuhan.


Namun, kenyataannya, sejumlah para pengendara motor banyak yang memilih tidak memakai mantel hujan. Banyak pengendara motor yang memarkirkan kendaraannya di pinggir jalan saat hujan.

Bukan hal yang baru jika arus lalu lintas di kolong jembatan biasanya menjadi macet saat hujan turun karena dipenuhi pengendara motor yang berteduh.

Padahal, kolong jembatan baik itu kolong flyover, kolong underpass, tidak diperuntukan bagi kendaraan untuk berhenti. Selain bisa menimbulkan kemacetan, berteduh dibawah kolong jembatan pun berisiko menimbulkan kecelakaan.

Baca juga : Bikers, Jangan Pakai Jas Hujan Model Ponco

Sebelumnya, pernah ada wacana tindakan penilangan yang dilakukan pihak kepolisian terhadap para pengendara motor yang berteduh di tempat yang bukan peruntukannya.

Soal berhenti sembarangan ini sudah diatur denda dan pidananya. Pada pasal 287 ayat tiga, setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan yang melanggar aturan gerakan lalu lintas seperti pada pasal 106 ayat 4 atau tata cara berhenti dan parkir dipidana dengan pidana kurungan paling lama satu bulan atau denda paling banyak Rp 250.000.

Ilustrasi hujanKompas/ Iwan Setiawan Ilustrasi hujan

Bisa juga pasal 282 digunakan untuk kasus ini. Dalam pasal tersebut disebutkan, setiap pengguna jalan yang tidak mematui perintah yang diberikan petugas kepolisian dapat dipidana dengan kurungan paling lama satu bulan atau denda paling banyak Rp 250.000.

Jadi, kalau pun peraturan itu diterapkan oleh pihak kepolisian, para pengendara motor diharapkan untuk mempersiapkan kebutuhan berkendara selama musim hujan seperti jas hujan dan sepatu untuk berkendara di tengah guyuran air.

Berhenti sementara untuk menggunakan jas hujan, selama tidak mengganggu orang lain, masih dapat dimaklumi namun ketika sudah membuat kemacetan dan mengganggu siap-siap tilang yang akan diberikan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Megapolitan
Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Megapolitan
Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com