Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diduga Idap Difteri, Delapan Orang Diisolasi di RSPI Sulianti Saroso

Kompas.com - 08/12/2017, 22:46 WIB
David Oliver Purba

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Dokter Anak Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Dedet Hidayati mengatakan, saat ini ada delapan pasien yang menjalani isolasi karena diduga mengidap penyakit difteri.

Dedet mengatakan, kedelapan pasien tersebut telah mendapat perawatan dan menunggu hasil pemeriksaan untuk menentukan apakah positif mengidap difteri atau tidak. Kedelapan pasien itu terdiri dari 3 pasien dewasa dan 5 anak-anak.

"Yang sedang dirawat di ruang isolasi ada delapan orang. Masih diduga mengidap difteri, menunggu hasil pemeriksaan," ujar Dedet saat dihubungi Kompas.com, Jumat (8/12/2017).

Dedet mengatakan, kedelapan pasien tersebut datang di waktu yang berbeda. Ada yang tiba di rumah sakit Jumat ini, Kamis (7/12/2017) kemarin, dan ada pula yang telah menjalani perawatan sejak pekan lalu.

Selain dari Jakarta, para pasien berasal dari daerah lain, termasuk Jawa Barat.

Baca juga : Anies: Jakarta Butuh Rp 70 Miliar untuk Vaksin Difteri

Sebagai rumah sakit rujukan, kata dia, hampir setiap bulan RSPI Sulianti Saroso menerima pasien penderita difteri.

Sejak Januari hingga awal Desember 2017, ada 57 pasien difteri dari berbagai daerah yang dirawat. 3 pasien diantaranya meninggal dunia. Mereka yang meninggal adalah anak-anak.

Baca juga : Imunisasi Difteri Serentak Akan Dilakukan di 5 Wilayah DKI hingga Kepulauan Seribu

"Mereka datang ke rumah sakit kondisinya sudah berat. Ada komplikasi juga dan tidak mendapat imunisasi," ujar Dedet.

Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Koesmedi Priharto mengatakan, serangan wabah penyakit difteri di Jakarta terus meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan, tahun ini wabah penyakit mematikan tersebut disebutnya sebagai kejadian luar biasa.

Baca juga : Kasus Difteri di Jakarta Meningkat dari Tahun Sebelumnya, 2 Orang Meninggal

Ia mengatakan, pada 2016 terdapat 17 kasus dengan 1 kematian, sedangkan tahun 2017 meningkat menjadi sebanyak 25 kasus dengan 2 kematian. Umumnya, wabah penyakit dikategorikan sebagai KLB jika korban dari wabah ini meningkat hingga 2 kali lipat.

Kompas TV Di lapangan, universal coverage immunization seringkali tidak mencapai target.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pendisiplinan Tanpa Kekerasan di STIP Jakarta Utara, Mungkinkah?

Pendisiplinan Tanpa Kekerasan di STIP Jakarta Utara, Mungkinkah?

Megapolitan
STIP Didorong Ikut Bongkar Kasus Junior Tewas di Tangan Senior

STIP Didorong Ikut Bongkar Kasus Junior Tewas di Tangan Senior

Megapolitan
Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir di Minimarket dan Simalakama Jukir yang Beroperasi

Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir di Minimarket dan Simalakama Jukir yang Beroperasi

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Kuasa Hukum Berharap Ada Tersangka Baru Usai Pra-rekonstruksi

Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Kuasa Hukum Berharap Ada Tersangka Baru Usai Pra-rekonstruksi

Megapolitan
Cerita Farhan Kena Sabetan Usai Lerai Keributan Mahasiswa Vs Warga di Tangsel

Cerita Farhan Kena Sabetan Usai Lerai Keributan Mahasiswa Vs Warga di Tangsel

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 7 Mei 2024 dan Besok: Nanti Malam Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 7 Mei 2024 dan Besok: Nanti Malam Hujan Ringan

Megapolitan
Provokator Gunakan Petasan untuk Dorong Warga Tawuran di Pasar Deprok

Provokator Gunakan Petasan untuk Dorong Warga Tawuran di Pasar Deprok

Megapolitan
Tawuran Kerap Pecah di Pasar Deprok, Polisi Sebut Ulah Provokator

Tawuran Kerap Pecah di Pasar Deprok, Polisi Sebut Ulah Provokator

Megapolitan
Tawuran di Pasar Deprok Pakai Petasan, Warga: Itu Habis Jutaan Rupiah

Tawuran di Pasar Deprok Pakai Petasan, Warga: Itu Habis Jutaan Rupiah

Megapolitan
Sebelum Terperosok dan Tewas di Selokan Matraman, Balita A Hujan-hujanan dengan Kakaknya

Sebelum Terperosok dan Tewas di Selokan Matraman, Balita A Hujan-hujanan dengan Kakaknya

Megapolitan
Kemiskinan dan Beban Generasi 'Sandwich' di Balik Aksi Pria Bayar Makan Seenaknya di Warteg Tanah Abang

Kemiskinan dan Beban Generasi "Sandwich" di Balik Aksi Pria Bayar Makan Seenaknya di Warteg Tanah Abang

Megapolitan
Cerita Warga Sempat Trauma Naik JakLingko karena Sopir Ugal-ugalan Sambil Ditelepon 'Debt Collector'

Cerita Warga Sempat Trauma Naik JakLingko karena Sopir Ugal-ugalan Sambil Ditelepon "Debt Collector"

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Seorang Pria Ditangkap Buntut Bayar Makan Warteg Sesukanya | Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017

[POPULER JABODETABEK] Seorang Pria Ditangkap Buntut Bayar Makan Warteg Sesukanya | Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017

Megapolitan
Libur Nasional, Ganjil Genap Jakarta Tanggal 9-10 Mei 2024 Ditiadakan

Libur Nasional, Ganjil Genap Jakarta Tanggal 9-10 Mei 2024 Ditiadakan

Megapolitan
Curhat ke Polisi, Warga Klender: Kalau Diserang Petasan, Apakah Kami Diam Saja?

Curhat ke Polisi, Warga Klender: Kalau Diserang Petasan, Apakah Kami Diam Saja?

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com