Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alasan Pengungsi di Trotoar Kalideres Tak Bisa Masuk Rumah Detensi

Kompas.com - 19/01/2018, 18:11 WIB
Ridwan Aji Pitoko

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Kepala Rumah Detensi Imigrasi Kalideres Jakarta Barat Morina Harahap mengatakan, saat ini rumah penampungan itu kelebihan kapasitas. Mereka sulit menampung pengungsi Afghanistan dan Sudan yang ada di trotoar rumah detensi itu.

"Di sini kami punya 51 kamar yang idealnya untuk 85 sampai 102 orang, tetapi sekarang di dalam sini ada 429 orang yang tinggal," kata Morina, Jumat (19/1/2018).

Hal tersebut membuat Morina tidak bisa memasukkan para pengungsi yang tinggal di trotoar ke Rumah Detensi Imigrasi.

Morina menjelaskan, Rumah Detensi Imigrasi ini sejatinya dibuat bukan untuk penampungan pengungsi, melainkan tempat bagi para pelanggar keimigrasian.

Baca juga: Dua Warga Timor-Leste Ditemukan Tewas di Rumah Detensi Atambua

Meski demikian, kondisinya saat ini, Rumah Detensi Imigrasi Kalideres dihuni para pengungsi dan juga pelanggar keimigrasian.

"Rumah Detensi ini didesain untuk pelanggar keimigrasian. Sekarang penghuninya campur dan sudah over kapasitas, ada 219 orang pelanggar dan 210 pengungsi," ujar Morina.

Morina menjelaskan, 210 pengungsi itu diperbolehkan masuk dan menetap di dalam Rumah Detensi setelah pihaknya berkoordinasi dengan International Organization Migrant (Organisasi Internasional untuk Migrasi/IOM) yang merupakan organisasi dengan fokus pada pengungsi dan pencari suaka.

Baca juga: Anies Minta Dinsos Urus Pengungsi Afghanistan dan Sudan yang Telantar

Hingga Jumat siang, puluhan pengungsi dari Afghanistan dan Sudan masih bertahan di trotoar persis di depan Rumah Detensi Imigrasi Kalideres.

Permintaan mereka cuma satu, yakni agar diperbolehkan masuk dan tinggal di dalam Rumah Detensi Imigrasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Hanya Raih 4 Kursi DPRD, PKB Kota Bogor Buka Pintu Koalisi

Hanya Raih 4 Kursi DPRD, PKB Kota Bogor Buka Pintu Koalisi

Megapolitan
Ahmed Zaki Bertemu Heru Budi, Silaturahmi Lebaran Sambil Diskusi Daerah Khusus Jakarta

Ahmed Zaki Bertemu Heru Budi, Silaturahmi Lebaran Sambil Diskusi Daerah Khusus Jakarta

Megapolitan
Toyota Fortuner Picu Kecelakaan Tol MBZ, Ternyata Mobil Dinas Polda Jabar...

Toyota Fortuner Picu Kecelakaan Tol MBZ, Ternyata Mobil Dinas Polda Jabar...

Megapolitan
Truk Trailer Terbalik di Clincing akibat Pengemudinya Kurang Konsentrasi

Truk Trailer Terbalik di Clincing akibat Pengemudinya Kurang Konsentrasi

Megapolitan
Penyidikan Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Belum Final...

Penyidikan Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Belum Final...

Megapolitan
Motor Warga Kampung Pugur Dicuri, Maling Beraksi Saat Korban Olahraga Pagi

Motor Warga Kampung Pugur Dicuri, Maling Beraksi Saat Korban Olahraga Pagi

Megapolitan
Longsor 'Teror' Warga New Anggrek 2, Waswas Mencengkeram meski Tinggal di Perumahan Elite

Longsor "Teror" Warga New Anggrek 2, Waswas Mencengkeram meski Tinggal di Perumahan Elite

Megapolitan
Geruduk Mahasiswa Berujung Petaka, 4 Warga di Tangsel Kini Jadi Tersangka

Geruduk Mahasiswa Berujung Petaka, 4 Warga di Tangsel Kini Jadi Tersangka

Megapolitan
PKB Kota Bogor Andalkan Hasil Survei untuk Usung Kandidat pada Pilkada 2024

PKB Kota Bogor Andalkan Hasil Survei untuk Usung Kandidat pada Pilkada 2024

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta, Rabu 8 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam Nanti Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta, Rabu 8 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam Nanti Berawan

Megapolitan
Hari Pertama Pendaftaran Cagub Independen, KPU DKI Belum Terima Berkas Masuk

Hari Pertama Pendaftaran Cagub Independen, KPU DKI Belum Terima Berkas Masuk

Megapolitan
Keluarga Histeris Saat Tahu Putu Tewas di Tangan Senior STIP

Keluarga Histeris Saat Tahu Putu Tewas di Tangan Senior STIP

Megapolitan
Sosok Taruna STIP yang Meninggal Dianiaya Senior, Dikenal Mudah Berteman dan Bisa Diandalkan

Sosok Taruna STIP yang Meninggal Dianiaya Senior, Dikenal Mudah Berteman dan Bisa Diandalkan

Megapolitan
Taruna Tingkat Satu STIP Disebut Wajib Panggil Kakak Tingkat dengan Sebutan “Nior”

Taruna Tingkat Satu STIP Disebut Wajib Panggil Kakak Tingkat dengan Sebutan “Nior”

Megapolitan
Pengakuan Eks Taruna STIP, Difitnah dan Dipukul Senior sampai Kancing Seragam Pecah

Pengakuan Eks Taruna STIP, Difitnah dan Dipukul Senior sampai Kancing Seragam Pecah

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com