JAKARTA, KOMPAS.com - Maraknya aplikasi "tuyul" merugikan sejumlah mitra ojek online. Seperti diakui Albert (24), mitra Grab yang mengaku rugi dengan keberaraan order fiktif.
Albert mengaku bahwa memiliki teman pelaku ojek yang melakukan order fiktif. Namun bukan sirik atau marah, ia pasrah dengan tingkah temannya itu.
"Beberapa (teman) ada lah. Ya udah aja lah. Rezeki sudah ada yang mengatur. Urusan mereka lah," ujar Albert kepada Kompas.com Jumat (2/2/2018).
Pengemudi ojek online lainnya, Ayu mengatakan, sangat menyayangkan pengemudi yang menggunakan aplikasi "tuyul". Sebab, banyak pengemudi ojek maupun taksi online yang dengan susah payah berkeliling, tetapi penghasilannya jauh di bawah mereka yang menggunakan aplikasi "tuyul".
"Ya itu kasihan yang jujur, yang murni karena kan istilahnya sudah capek keliling, lama, dan sudah kerja keras. Intinya sangat merugikan lah," ujar Ayu.
Menurut salah satu pengemudi ojek online, Nikson, aplikasi "tuyul" memiliki beberapa syarat. Mulai dari pemilihan ponsel hingga penggunaan GPS palsu untuk bisa mendapatkan penumpang.
"Bedanya HP yang pakai aplikasi 'tuyul' tuh biasanya udah di-root dan handphone-handphone murah karena kalau agak mahal, agak emang buat di-root. Terus pakai fake GPS, sama ada beberapa aplikasi gitu di HP-nya buat pendukung masang titik itu," jelas Nikson.
Kasus order fiktif dari para pengguna aplikasi "tuyul" ini telah menyeret 12 orang tersangka yang saat ini mendekam di Polda Metro Jaya. Dua diantaranya yaitu AA (24) pelaku modifikasi ponsel untuk pengemudi taksi online dan MC (34) perantara AA dan pengemudi, sementara 10 lainnya adalah pengemudi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.