Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Bidaracina Masih Pegang Janji Jokowi soal Ganti Rugi Lahan

Kompas.com - 10/02/2018, 06:43 WIB
Jessi Carina,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Rencana penertiban warga Bidaracina, Jakarta Timur, kembali muncul ke permukaan seiring dengan niat Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melanjutkan proyek sodetan dari Ciliwung ke Kanal Banjir Timur (KBT) di sana.

Warga Bidaracina sudah bertahun-tahun dihantui rencana penertiban itu. Beberapa orang  mengatakan sudah mau direlokasi.

Namun, ada satu hal yang menjadi pegangan warga untuk tawar-menawar dengan Pemprov DKI. Mereka minta lahan yang digusur untuk diganti rugi. Syarat ini merupakan pegangan mereka, diilhami janji Joko Widodo ketika masih menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta.

"Kebanyakan warga pegang ucapan Pak Jokowi yang waktu itu sempat bilang harus ada pergantian, sekecil apa pun dihargai," kata Ketua Lembaga Musyawarah Kelurahan Bidara Cina Didi Hudin, Kamis (8/2/2018).

Menurut Didi, warga tidak mau jika hanya dipindahkan ke rusun.

Warga lainnya, Rusdi, mengatakan dia bersedia direlokasi selama ada ganti rugi yang sesuai.

"Bila memang harganya bagus, yah kami ikut saja karena biar bagaimanapun kami sudah lama di sini," ujar Rusdi.

Baca juga : Bagaimana Rencana Penertiban di Bidara Cina?

Ketua RT 016, RW 007 Mulyadi mengatakan, ganti rugi bisa disesuaikan dengan nilai jual objek pajak (NJOP) tanah dan bangunan. Hal itu bisa juga disesuaikan dengan perkiraan harga tanah dan bangunan di kawasan Bidaracina saat ini. Mulyadi juga masih menunggu janji Jokowi.

"Kami berpegang pada awal janji pemerintah saat proyek ini dicanangkan. Ketika itu, Pak Jokowi yang menjadi gubernur bilang, pemerintah akan membayar semua yang menjadi milik warga, termasuk kandang, pohon, dan lainnya. Surat berbentuk apa pun akan dibayar NJOP juga," ujar Mulyadi.

Tidak hanya warga Bidaracina yang pernah mendapat janji itu. Dua tahun lalu saat ada penertiban Kampung Pulo, warga setempat juga mengatakan hal yang sama. Mereka menyampaikan perkataan Jokowi yang janji akan mengganti lahan mereka.

Pada masa Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, uang kerohiman pun tidak pernah dikeluarkan. Soalnya, warga mereka menempati lahan milik pemerintah. Namun ber-KTP DKI diarahkan untuk pindah ke rumah susun atau rusun dengan sistem sewa.

 

Warga Bidara Cina, Jakarta Timur mulai mengungsi akibat luapan Ciliwung, Senin (5/1/2018).KOMPAS.com/ Stanly Ravel Warga Bidara Cina, Jakarta Timur mulai mengungsi akibat luapan Ciliwung, Senin (5/1/2018).
Anies Akan Membayar?

Gubernur pun berganti. Kini Pemprov DKI Jakarta dipimpin Gubernur Anies Baswedan dan Wakil Gubernur Sandiaga Uno. Anies mengatakan warga Bidaracina sudah setuju untuk direlokasi.

Tidak hanya itu, Anies mengatakan Pemprov DKI bisa memberi ganti rugi untuk warga. Anies juga akan secara bertahap berkomunikasi dengan mereka.

"Ya kami sepakat untuk melakukan pengukuran, kami sepakat untuk melakukan appraisal, dari situ nanti akan diputuskan apakah masih terus proses legal atau sampai di sini," ujar Anies.

Baca juga : Anies Sebut Warga Bidara Cina Setuju Dinormalisasi

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal Dugaan Bus Pariwisata SMK Lingga Kencana Tidak Laik Jalan, Yayasan Harap Polisi Beri Info Seterang-terangnya

Soal Dugaan Bus Pariwisata SMK Lingga Kencana Tidak Laik Jalan, Yayasan Harap Polisi Beri Info Seterang-terangnya

Megapolitan
Pemkot Depok Beri Santunan Korban Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana

Pemkot Depok Beri Santunan Korban Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana

Megapolitan
Pemprov DKI Jakarta Bangun RDF di Rorotan Cilincing, Tampung 2.500 Ton Sampah Per Hari

Pemprov DKI Jakarta Bangun RDF di Rorotan Cilincing, Tampung 2.500 Ton Sampah Per Hari

Megapolitan
Percaya Bus Laik Jalan, Yayasan SMK Lingga Kencana: Kalau Tak Yakin, Enggak Diberangkatkan

Percaya Bus Laik Jalan, Yayasan SMK Lingga Kencana: Kalau Tak Yakin, Enggak Diberangkatkan

Megapolitan
Ketika Janji Heru Budi Beri Pekerjaan ke Jukir Minimarket Dianggap Mimpi di Siang Bolong...

Ketika Janji Heru Budi Beri Pekerjaan ke Jukir Minimarket Dianggap Mimpi di Siang Bolong...

Megapolitan
Suprayogi, Guru SMK Lingga Kencana yang Tewas dalam Kecelakaan Bus, Dikenal Perhatian dan Profesional

Suprayogi, Guru SMK Lingga Kencana yang Tewas dalam Kecelakaan Bus, Dikenal Perhatian dan Profesional

Megapolitan
Kecelakaan Rombongan SMK Lingga Kencana di Subang, Pihak Yayasan Merasa Kondisi Bus Layak

Kecelakaan Rombongan SMK Lingga Kencana di Subang, Pihak Yayasan Merasa Kondisi Bus Layak

Megapolitan
Tidak Cukup Dibebastugaskan, Direktur STIP Diminta Bertanggung Jawab secara Hukum

Tidak Cukup Dibebastugaskan, Direktur STIP Diminta Bertanggung Jawab secara Hukum

Megapolitan
Polisi Selidiki Penyebab Tawuran di Kampung Bahari yang Bikin Jari Pelaku Nyaris Putus

Polisi Selidiki Penyebab Tawuran di Kampung Bahari yang Bikin Jari Pelaku Nyaris Putus

Megapolitan
Jadwal dan Lokasi Samsat Keliling di Jakarta 13 Mei 2024

Jadwal dan Lokasi Samsat Keliling di Jakarta 13 Mei 2024

Megapolitan
Yayasan SMK Lingga Kencana: Perpisahan di Luar Kota Disepakati Guru dan Siswa

Yayasan SMK Lingga Kencana: Perpisahan di Luar Kota Disepakati Guru dan Siswa

Megapolitan
Tawuran Pecah di Gang Bahari Jakut, 1 Korban Jarinya Nyaris Putus

Tawuran Pecah di Gang Bahari Jakut, 1 Korban Jarinya Nyaris Putus

Megapolitan
Dharma Pongrekun Serahkan Bukti Dukungan Cagub Independen ke KPU Jakarta

Dharma Pongrekun Serahkan Bukti Dukungan Cagub Independen ke KPU Jakarta

Megapolitan
Daftar Lokasi SIM Keliling di Jakarta 13 Mei 2024

Daftar Lokasi SIM Keliling di Jakarta 13 Mei 2024

Megapolitan
Pungli di Masjid Istiqlal Patok Tarif Rp 150.000, Polisi: Video Lama, Pelaku Sudah Ditangkap

Pungli di Masjid Istiqlal Patok Tarif Rp 150.000, Polisi: Video Lama, Pelaku Sudah Ditangkap

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com