JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Komunitas Mangrove Muara Angke Risnandar mengatakan, sampah yang memenuhi bibir pantai di kawasan hutan bakau Muara Angke, Jakarta Utara, disebabkan fenomena baratan atau angin barat.
Risnandar mengatakan, fenomena tersebut terjadi sejak Desember 2017. Sementara itu, sampah mulai menumpuk pada awal Februari 2018.
"Dari Desember sampai Februari terjadi yang namanya baratan. Kalau nelayan bilang itu angin besar, ombak besar yang merapat ke Jakarta. Baratan itu menggulung sampah-sampah yang ada di pesisir ini," kata Risnandar saat ditemui di lokasi, Sabtu (17/3/2018).
Baca juga : Sandiaga Ingin Ibu-ibu Tangani Sampah di Teluk Jakarta
Ia mengatakan, sampah banyak mengambang di perairan Muara Angke itu karena aliran sejumlah sungai di Jakarta bermuara di sana. Sampah-sampah itu juga disebut berasal dari aliran sungai di kawasan Tangerang.
Risnandar juga mengatakan, fenomena "baratan" terjadi setiap tahun. Namun, "baratan" tahun ini disebutnya lebih besar sehingga sampah yang terbawa pun menjadi lebih banyak.
Menurut dia, lokasi "lautan sampah" itu bukan tempat pembuangan sampah warga sekitar.
"Sampah ini terjadi spontan bukan seperti yang dipikirkan orang ini ditumpuk berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Jadi spontan dalam kurun beberapa hari saja sampah sudah numpuk," katanya.
Baca juga : Melihat Lautan Sampah di Muara Angke
Berdasarkan pantauan Kompas.com, sampah-sampah yang terdapat di kawasan tersebut didominasi sampah plastik seperti botol air kemasan, bungkus deterjen, hingga kemasan makanan ringan. Beberapa sampah berbentuk kayu juga terlihat di sana.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.