JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Komunitas Mangrove Muara Angke Risnandar mengusulkan, lokasi lautan sampah di Muara Angke dijadikan hutan bakau.
Menurut dia, penanaman hutan bakau di lokasi lautan sampah itu dapat mencegah abrasi apabila terjadi fenomena angin barat.
"Kami berpikir tadinya kawsan yang terdampak sampah ini menjad lokasi penanaman (bakau) dan menjadi benteng kami pada baratan Desember nanti," kata Risnandar saat ditemui di lokasi, Sabtu (17/3/2018).
Baca juga : Komunitas Mangrove: Lautan Sampah di Muara Angke akibat Fenomena Angin Barat
Selain itu, ia menyebut, apabila lautan sampah itu dikeruk, biaya dan tenaga yang dibutuhkan tidak sedikit.
Sementara itu, untuk menjadikan hutan bakau, lautan sampah tersebut cukup ditutupi lumpur sebelum ditanami bakau.
"Mangrove tetap bisa hidup walau ada lumpur di bawahnya. Hutan mangrove di sini pun dulunya full sampah, seperti ini," kata Risnandar. Ia pun menunjukkan deretan pohon bakau yang berdiri di atas tumpukan sampah.
Di samping itu, menurut dia, pohon bakau bisa menjadi tempat berkumpulnya biota laut seperti udang dan kepiting sehingga akan membantu para nelayan di sekitar.
Namun, manfaat dari penanaman bakau itu disebut baru bisa dirasakan pada 10-20 tahun mendatang.
"Yang merasakan nanti bukan kita, tetapi anak-cucu kita. Ini rencana jangka panjang," kata Risnandar.
Baca juga : Sandiaga Ingin Ibu-ibu Tangani Sampah di Teluk Jakarta
Berdasarkan pantauan Kompas.com, sampah-sampah yang terdapat di kawasan tersebut didominasi sampah plastik seperti botol air kemasan, bungkus deterjen, hingga kemasan makanan ringan. Beberapa sampah berbentuk kayu juga terlihat di sana.
Risnandar mengatakan, lautan sampah tersebut muncul akibat fenomena baratan atau angin barat yang membawa sampah-sampah di laut merapat ke daratan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.