Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polisi Selidiki Pembuatan Alat Pengurang Takaran BBM SPBU

Kompas.com - 01/05/2018, 07:47 WIB
Sherly Puspita,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Polisi tengah menyelidiki pembuatan alat pengurang bahan bakar minyak (BBM) yang terpasang di dua Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Kabupaten Tangerang dan Tangerang Selatan.

"Kami masih mendalami darimana para tersangka mendapatkan alat ini. Apakah beli di suatu tempat atau merancang sendiri," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono di Mapolda Metro Jaya, Senin (30/4/2018).

Argo mengatakan, hingga saat ini belum ada tersangka yang mengakui asal alat yang membuat banyak konsumen tertipu tersebut.

(Baca juga : Pasang Alat Pengurang Takaran Bensin, Teknisi hingga Direktur SPBU di Tangerang dan Tangsel Ditangkap)

"Kami terus menggali keterangan para tersangka. Ini penting untuk mengetahui peredaran alat ini juga," kata dia.

Argo mengatakan, alat pengurang takaran BBM yang digunakan di SPBU di Ciputat dan di Kabupaten Tangerang memiliki kemiripan meskipun keduanya menggunakan sistem pengendali yang berbeda.

"Kalau yang di Tangerang Kabupaten lebih konvensional karena alat hanya dikendalikan dengan sakelar. Sedangkan yang di Ciputat, Tangerang Selatan sudah menggunakan remote yang dapat dikendalikan dari jarak 30 meter," kata dia.

(Baca juga : 3 Tahun Pakai Alat Pengurang Takaran BBM, SPBU Curang di Tangsel Raup Untung Rp 1,97 Miliar)

Argo menambahkan, aksi para pengelola SPBU ini sangat meresahkan masyarakat. Oleh sebab itu, pihaknya akan terus melakukan razia untuk mengungkap kecurangan para pengelola swasta ini.

"Kami juga bekerja sama dengan pihak-pihak terkait untuk mengungkap kecurangan ini. Salah satunya dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) setempat," kata Argo.

Dalam pengungkapan kasus di SPBU di Kabupaten Tangerang, polisi menangkap direktur SPBU berinisial AIS, manajer operasional berinisial AR, manajer pengawas berinisial DT, kepala pengawas berinisial TR, dan pengawas SPBU berinisial MS, H, dan T

Pengelola SPBU tersebut dapat mengantongi keuntungan hingga Rp 930,9 juta selama satu tahun beraksi.

Di SPBU di Ciputat, polisi mengamankan manajer pengawas SPBU berinisial RLN, pengawas SPBU berinisial SHD dan AN, dan pengawas bagian keuangan SPBU berinisial AY.

Pengontrak SPBU berinisial DS dan teknisi berinisial KML masih dalam pencarian.

Untuk SPBU di Ciputat, pengelola dapat mengantongi untung Rp 54,9 juta sebulan. Mereka sudah beraksi selama 3 tahun. Jadi, keuntungan total Rp 1,97 miliar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ulah Sindikat Pencuri di Tambora, Gasak 37 Motor dalam 2 Bulan untuk Disewakan

Ulah Sindikat Pencuri di Tambora, Gasak 37 Motor dalam 2 Bulan untuk Disewakan

Megapolitan
Upaya Chandrika Chika dkk Lolos dari Jerat Hukum, Ajukan Rehabilitasi Usai Ditangkap karena Narkoba

Upaya Chandrika Chika dkk Lolos dari Jerat Hukum, Ajukan Rehabilitasi Usai Ditangkap karena Narkoba

Megapolitan
Mochtar Mohamad Resmi Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi pada Pilkada 2024

Mochtar Mohamad Resmi Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi pada Pilkada 2024

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika dkk Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika dkk Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, padahal 'Numpang' KTP Jakarta

Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, padahal "Numpang" KTP Jakarta

Megapolitan
Dekat Istana, Lima dari 11 RT di Tanah Tinggi Masuk Kawasan Kumuh yang Sangat Ekstrem

Dekat Istana, Lima dari 11 RT di Tanah Tinggi Masuk Kawasan Kumuh yang Sangat Ekstrem

Megapolitan
Menelusuri Kampung Kumuh dan Kemiskinan Ekstrem Dekat Istana Negara...

Menelusuri Kampung Kumuh dan Kemiskinan Ekstrem Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Keluh Kesah Warga Rusun Muara Baru, Mulai dari Biaya Sewa Naik hingga Sulit Urus Akta Kelahiran

Keluh Kesah Warga Rusun Muara Baru, Mulai dari Biaya Sewa Naik hingga Sulit Urus Akta Kelahiran

Megapolitan
Nasib Malang Anggota TNI di Cilangkap, Tewas Tersambar Petir Saat Berteduh di Bawah Pohon

Nasib Malang Anggota TNI di Cilangkap, Tewas Tersambar Petir Saat Berteduh di Bawah Pohon

Megapolitan
Bursa Cagub DKI Jakarta Kian Ramai, Setelah Ridwan Kamil dan Syahroni, Kini Muncul Ahok hingga Basuki Hadimuljono

Bursa Cagub DKI Jakarta Kian Ramai, Setelah Ridwan Kamil dan Syahroni, Kini Muncul Ahok hingga Basuki Hadimuljono

Megapolitan
NIK Ratusan Warga di Kelurahan Pasar Manggis Dinonaktifkan karena Tak Sesuai Domisili

NIK Ratusan Warga di Kelurahan Pasar Manggis Dinonaktifkan karena Tak Sesuai Domisili

Megapolitan
Pendeta Gilbert Lumoindong Kembali Dilaporkan atas Dugaan Penistaan Agama

Pendeta Gilbert Lumoindong Kembali Dilaporkan atas Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang Jakut

Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang Jakut

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
Gardu Listrik di Halaman Rumah Kos Setiabudi Terbakar, Penghuni Sempat Panik

Gardu Listrik di Halaman Rumah Kos Setiabudi Terbakar, Penghuni Sempat Panik

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com