JAKARTA, KOMPAS.com - Polisi tengah menyelidiki pembuatan alat pengurang bahan bakar minyak (BBM) yang terpasang di dua Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Kabupaten Tangerang dan Tangerang Selatan.
"Kami masih mendalami darimana para tersangka mendapatkan alat ini. Apakah beli di suatu tempat atau merancang sendiri," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono di Mapolda Metro Jaya, Senin (30/4/2018).
Argo mengatakan, hingga saat ini belum ada tersangka yang mengakui asal alat yang membuat banyak konsumen tertipu tersebut.
(Baca juga : Pasang Alat Pengurang Takaran Bensin, Teknisi hingga Direktur SPBU di Tangerang dan Tangsel Ditangkap)
"Kami terus menggali keterangan para tersangka. Ini penting untuk mengetahui peredaran alat ini juga," kata dia.
Argo mengatakan, alat pengurang takaran BBM yang digunakan di SPBU di Ciputat dan di Kabupaten Tangerang memiliki kemiripan meskipun keduanya menggunakan sistem pengendali yang berbeda.
"Kalau yang di Tangerang Kabupaten lebih konvensional karena alat hanya dikendalikan dengan sakelar. Sedangkan yang di Ciputat, Tangerang Selatan sudah menggunakan remote yang dapat dikendalikan dari jarak 30 meter," kata dia.
(Baca juga : 3 Tahun Pakai Alat Pengurang Takaran BBM, SPBU Curang di Tangsel Raup Untung Rp 1,97 Miliar)
Argo menambahkan, aksi para pengelola SPBU ini sangat meresahkan masyarakat. Oleh sebab itu, pihaknya akan terus melakukan razia untuk mengungkap kecurangan para pengelola swasta ini.
"Kami juga bekerja sama dengan pihak-pihak terkait untuk mengungkap kecurangan ini. Salah satunya dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) setempat," kata Argo.
Dalam pengungkapan kasus di SPBU di Kabupaten Tangerang, polisi menangkap direktur SPBU berinisial AIS, manajer operasional berinisial AR, manajer pengawas berinisial DT, kepala pengawas berinisial TR, dan pengawas SPBU berinisial MS, H, dan T
Pengelola SPBU tersebut dapat mengantongi keuntungan hingga Rp 930,9 juta selama satu tahun beraksi.
Di SPBU di Ciputat, polisi mengamankan manajer pengawas SPBU berinisial RLN, pengawas SPBU berinisial SHD dan AN, dan pengawas bagian keuangan SPBU berinisial AY.
Pengontrak SPBU berinisial DS dan teknisi berinisial KML masih dalam pencarian.
Untuk SPBU di Ciputat, pengelola dapat mengantongi untung Rp 54,9 juta sebulan. Mereka sudah beraksi selama 3 tahun. Jadi, keuntungan total Rp 1,97 miliar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.