Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Setiap Hari Saya Buka Internet, tapi Enggak Dapat Tiket Kereta"

Kompas.com - 12/06/2018, 14:01 WIB
Rindi Nuris Velarosdela,
Dian Maharani

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Naik bus menjadi salah satu transportasi alternatif bagi para pemudik untuk pulang ke kampung halaman.

Salah satunya adalah Mahda, perempuan paruh baya yang mudik ke Malang, Jawa Timur. Saat ditemui Kompas.com di Terminal Pulogebang, Mahda mengatakan memilih mudik menggunakan bus karena tidak mendapatkan tiket kereta sejak pemesanan dibuka bulan Maret.

Mahda yang bekerja sebagai pegawai swasta di daerah Daan Mogot mengatakan jika dia tidak mempunyai waktu lebih untuk membeli tiket Kereta Api ke stasiun.

Selain itu, dia juga tidak mendapatkan tiket walaupun PT KAI telah menjual tiket kereta tambahan secara online.

"Cari kereta mulai 1 Maret tapi sudah enggak ada. Setiap hari saya buka internet tapi enggak dapat (tiket kereta)," ujar Mahda, Selasa (12/6/2018).

Baca juga: H-90 Lebaran, Tiket Kereta Banyak yang Habis Terjual

Ibu paruh baya ini membeli tiket bus secara manual walaupun dia harus mengeluarkan uang lebih banyak.

Harga bus untuk keberangkatan lebaran dijual 2 kali lebih mahal dibandingkan harga untuk keberangkatan hari biasa.

"(Beli tiket) langsung ke terminal, (harganya) naik banget, malahan sampai 2 kali lipat," tambah Mahda.

Namun, dia tidak memiliki alternatif lain selain menggunakan jasa angkutan bus. Dia mengakui lebih senang mudik menggunakan jasa kereta api karena estimasi waktu keberangkatan dan kedatangan dapat diprediksi.

"Kalau naik kereta jam 1 pagi sudah sampai Malang, bisa ketemu anak cucu. Kalau ini (naik bus) belum tau sampainya jam berapa, kan enggak bisa diprediksi," keluh Mahda.

Baca juga: H-3 Lebaran, Lebih dari 34.000 Orang Mudik dengan Bus

Dia telah mudik menggunakan jasa angkutan bus yang berangkat dari Terminal Pulogebang sejak tahun lalu. Dia mengaku puas dengan pelayanan pengelola Terminal Pulogebang yang menyediakan ruang tunggu ber-AC bagi para pemudik.

Selain itu, dia juga merasa puas dengan pelayanan PO bus untuk keberangkatan menuju Malang. Salah satu alasannya adalah dia mendapatkan jatah makanan selama perjalanan walaupun perjalanan menggunakan bus lebih menguras tenaga.

"Lebih capek, lebih lama. Yang penting ketemu anak cucu," tutup Mahda di akhir wawancara bersama Kompas.com.

Kompas TV Sleeper Train akan berdinas di rangkaian KA Argo Bromo Anggrek relasi stasiun Gambir, Jakarta-Surabaya Pasar Turi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Ayah di Jaktim Setubuhi Anak Kandung sejak 2019, Korban Masih di Bawah Umur

Ayah di Jaktim Setubuhi Anak Kandung sejak 2019, Korban Masih di Bawah Umur

Megapolitan
Sempat Tersendat akibat Tumpahan Oli, Lalu Lintas Jalan Raya Bogor Kembali Lancar

Sempat Tersendat akibat Tumpahan Oli, Lalu Lintas Jalan Raya Bogor Kembali Lancar

Megapolitan
Ibu di Jaktim Rekam Putrinya Saat Disetubuhi Pacar, lalu Suruh Aborsi Ketika Hamil

Ibu di Jaktim Rekam Putrinya Saat Disetubuhi Pacar, lalu Suruh Aborsi Ketika Hamil

Megapolitan
Komnas PA Bakal Beri Pendampingan Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah

Komnas PA Bakal Beri Pendampingan Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah

Megapolitan
Penanganan Kasus Pemerkosaan Remaja di Tangsel Lambat, Pelaku Dikhawatirkan Ulangi Perbuatan

Penanganan Kasus Pemerkosaan Remaja di Tangsel Lambat, Pelaku Dikhawatirkan Ulangi Perbuatan

Megapolitan
Pendaftaran PPDB Jakarta Dibuka 10 Juni, Ini Jumlah Daya Tampung Siswa Baru SD hingga SMA

Pendaftaran PPDB Jakarta Dibuka 10 Juni, Ini Jumlah Daya Tampung Siswa Baru SD hingga SMA

Megapolitan
Kasus Perundungan Siswi SMP di Bogor, Polisi Upayakan Diversi

Kasus Perundungan Siswi SMP di Bogor, Polisi Upayakan Diversi

Megapolitan
Disdik DKI Akui Kuota Sekolah Negeri di Jakarta Masih Terbatas, Janji Bangun Sekolah Baru

Disdik DKI Akui Kuota Sekolah Negeri di Jakarta Masih Terbatas, Janji Bangun Sekolah Baru

Megapolitan
Polisi Gadungan yang Palak Warga di Jaktim dan Jaksel Positif Sabu

Polisi Gadungan yang Palak Warga di Jaktim dan Jaksel Positif Sabu

Megapolitan
Kondisi Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Sudah Bisa Berkomunikasi

Kondisi Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Sudah Bisa Berkomunikasi

Megapolitan
Polisi Gadungan di Jaktim Palak Pedagang dan Warga Selama 4 Tahun, Raup Rp 3 Juta per Bulan

Polisi Gadungan di Jaktim Palak Pedagang dan Warga Selama 4 Tahun, Raup Rp 3 Juta per Bulan

Megapolitan
Pelajar dari Keluarga Tak Mampu Bisa Masuk Sekolah Swasta Gratis Lewat PPDB Bersama

Pelajar dari Keluarga Tak Mampu Bisa Masuk Sekolah Swasta Gratis Lewat PPDB Bersama

Megapolitan
Dua Wilayah di Kota Bogor Jadi 'Pilot Project' Kawasan Tanpa Kabel Udara

Dua Wilayah di Kota Bogor Jadi "Pilot Project" Kawasan Tanpa Kabel Udara

Megapolitan
Keluarga Korban Begal Bermodus 'Debt Collector' Minta Hasil Otopsi Segera Keluar

Keluarga Korban Begal Bermodus "Debt Collector" Minta Hasil Otopsi Segera Keluar

Megapolitan
Masih di Bawah Umur, Pelaku Perundungan Siswi SMP di Bogor Tak Ditahan

Masih di Bawah Umur, Pelaku Perundungan Siswi SMP di Bogor Tak Ditahan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com