Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sibuknya Petugas Kebersihan Ruang Tunggu Terminal Saat Musim Mudik

Kompas.com - 13/06/2018, 17:02 WIB
Stanly Ravel,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Dwi Pribadi (47) bekerja sebagai petugas kebersihan di Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur. Ia menjalani pekerjaan itu sejak 13 tahun lalu, mulai dari area parkir bus sampai kini bertanggung jawab menjaga kebersiahan terminal keberangkatan antar kota.

Meski biasa melakukannya, tetapi di momen seperti musim mudik Lebaran saat ini, dimana jumlah penumpang di terminal antar kota melonjak drastis, ia agak kewalahan. Apa lagi ia tetap menjalankan ibadah puasa.

"Alhamdulliah dari awal sampai sekarang masih pol puasanya, Mas. Emang lebih berat karena banyak banget manusianya yang mudik, jadi kerjanya kudu (harus) bolak-balik," kata Dwi saat ditemui sedang mengepel ruang tunggu yang disesaki pemudik, Rabu (12/6/2018).

Bila area ruang tunggu bus sedang ramai seperti sekarang ini, ia harus kerja ekstra. Biasanya dalam satu shif ia menyapu dan mengepel tiga sampai empat kali, Kali ini, ia harus menambahnya menjadi lima kali, bahkan tak jarang sampai enam kali putaran.

Baca juga: Porter Terminal Kampung Rambutan Pergoki Seorang Pria yang Coba Buka Tas Penumpang

Lantai baru dibersihkan dan kotor lagi dalam hitungan menit, menurut dia, sudah menjadi hal biasa. Meski terkadang lelah, ia menganggap hal itu sudah menjadi tanggung jawabnya sebagai petugas kebersihan.

"Jangankan sampai lima menit mas, baru juga dipel, belum satu menit sudah dinjak orang lagi kotor. Yah, mau gimana lagi namanya juga terminal dan sudah jadi tugas saya, yang penting pengunjung nyaman aja," ujar dia.

Ruang tunggu terminal Kampung Rambutan tidak seperti ruang tunggu di bandara yang berpendingin udara. Wajar bila terasa sumpek, karena teriknya matahari dan gas emisi bus.

Dwi mengatakan, berpuasa sambil bekerja memang tidak mudah. Untuk mengatasinya kadang ia mengatur ritme kerja agar tidak terlalu padat.

"Saya dapat shif pagi, dari jam 08.00-14.00 WIB. Paling pagi itu saya nyapu-ngepel keliling, lalu pungut sampah, istrihat. Setengah jam kemudian cek lagi, jadi yah hemat-hemat tenaga aja," kata dia.

Ia mengatakan tidak tidak ada yang spesial pekerjaannya. Namun merasa senang kalo bisa membantu orang.

"Capek pasti,  tapi yah dijalani saja. Paling sering itu nemuin KTP orang, entah jatuh entah kecopetan. Jadi saya ambil lalu kasih ke ruang informasi biar diumumin," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Pecat Ketua RW di Kalideres, Lurah Sebut karena Suka Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin

Pecat Ketua RW di Kalideres, Lurah Sebut karena Suka Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin

Megapolitan
Sopir JakLingko Ugal-ugalan, Penumpang Bisa Melapor ke 'Call Center' dan Medsos

Sopir JakLingko Ugal-ugalan, Penumpang Bisa Melapor ke "Call Center" dan Medsos

Megapolitan
Penjelasan Polisi Soal Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ Berubah Jadi Pelat Putih

Penjelasan Polisi Soal Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ Berubah Jadi Pelat Putih

Megapolitan
Cerita Warga soal Tanah di Perumahan New Anggrek 2 GDC Depok yang Longsor Tiap Hujan

Cerita Warga soal Tanah di Perumahan New Anggrek 2 GDC Depok yang Longsor Tiap Hujan

Megapolitan
Pemecatan Ketua RW di Kalideres Bukan Soal Penggelapan Dana, Lurah: Dia Melanggar Etika

Pemecatan Ketua RW di Kalideres Bukan Soal Penggelapan Dana, Lurah: Dia Melanggar Etika

Megapolitan
Kecelakaan yang Libatkan Mobil Dinas Polda Jabar di Tol MBZ Diselesaikan secara Kekeluargaan

Kecelakaan yang Libatkan Mobil Dinas Polda Jabar di Tol MBZ Diselesaikan secara Kekeluargaan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com