Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Catatan Pengamat Transportasi soal Ganjil-Genap yang bagai Simalakama

Kompas.com - 02/07/2018, 20:26 WIB
Stanly Ravel,
Icha Rastika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Satu bulan lagi Jakarta akan menjadi tuan rumah Asian Games 2018.

Persiapan pun intens dilakukan berbagai instansi pemerintahan, termasuk persiapan dalam menangani kemacetan lalu lintas.

Penetapan kebijakan ganjil-genap yang diperluas hingga menjangkau jalan arteri dipilih sebagai solusi agar bisa menekan volume mobil pribadi.

Bahkan, waktu pelaksanaanya pun dibuat lebih panjang, yakni 15 jam dalam satu hari dan diberlakukan mulai Senin hingga Minggu.

Baca juga: Cerita Warga Siasati Ganjil Genap, Cari Jalan Tikus sampai Gonta-ganti Mobil

Menyoal masalah ini, pengamat transportasi yang juga Ketua Bidang Advokasi Masyarakat Transportasi (MTI) Darmaningtyas berpendapat bahwa kebijakan tersebut merupakan kebijakan yang sulit sekaligus dilematis.

"Dilematisnya itu begini, kalau tidak dilakukan (ganjil-genap) berarti mengejar waktu tempuh 30 menit dari wisma ke venue tidak mungkin, akibatnya bisa digugat oleh atlet atau penyelenggara. Tapi kalau diterapkan meluas, mungkin bisa masyarakat yang menggugat," papar dia saat dihubungi Kompas.com, Senin (2/7/2018).

Ia menyampaikan bahwa kemungkinan warga menggugat atau class action sangat mungkin terjadi, apalagi bila warga tidak bisa mengerti soal kepentingan penerapan kebijakan tersebut.

Bila muncul gugatan warga, kata Darma, hal itu wajar karena efek kebijakan lalu lintas tersebut menyasar ke masyarakat, khususnya pengguna jalan raya.

Ditambah lagi beberapa jalan arteri yang terdampak itu berdekatan dengan permukiman warga yang biasa melintasi area tersebut.

"Yah problemnya bila masyarakat tidak mengerti dan tidak bisa menerima kebijakan itu. Seperti buah simalakama, tetapi sebenarnya masih ada opsi lain, yakni jangan berfokus pada wisma para atlet itu tapi lebih ke venue-nya," ucap dia.

Darma menilai, selama ini pemerintah selalu berpatokan pada jarak wisma atlet ke venue pertandingan.

Padahal, kata dia, langkah paling mudah untuk mengurangi risiko keterlambatan atau mengejar waktu adalah mendekatkan atlet dengan venue.

"Semakin dekat dengan venue maka makin memangkas risiko, terutama soal masalah waktu. Jangan berpatokan atau berkonsentrasi bawah pemerintah sudah menyiapkan wisma, tapi pikirkan dari hal yang terkecil dulu, karena venue dan wisma itu cukup jauh," kata dia.

Lebih lanjut, Darma mengingatkan, selain hal teknis, ada-ada hal lain yang sebenarnya kurang diperhatikan, seperti waktu atlet berangkat dari wisma menuju venue.Begitu juga saat balik dari venue ke wisma.

"Tidak mungkin tidak macet meskipun itu sudah diterpakan ganjil genap, waktu atlet berangkat bersamaan dengan orang kerja, begitu juga saat pulang. Kalau diprioritaskan atletnya, pasti masyarakat yang teriak," ucap dia.

Baca juga: Semoga Ganjil-Genap Enggak Bikin Macet, Malu Dilihat Atlet Negara Lain

Belum lagi hal sepele yang menyita waktu seperti ketika atlet turun dari lift di wisma atlet. Mereka mereka berbondong-bondong turun untuk berangkat ke venue yang diprediksinya akan mengakibatkan antrean kemudian memakan waktu.

"Coba bayangin, kira-kira pada 10.000 orang yang akan keluar dalam waktu yang bersamaan, pasti sudah macet. Keluar dan naik lift saja sudah bakalan antre, karena semua ingin cepat-cepat," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com