Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Datang ke Peluncuran Buku "Kebijakan Ahok", Djarot Ditanya Kenapa Menangis Saat Ahok Ditahan

Kompas.com - 16/08/2018, 17:55 WIB
Jessi Carina,
Dian Maharani

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat ikut hadir dalam peluncuran buku "Kebijakan Ahok" sore ini. Saat diberi kesempatan bicara, Djarot ditanya oleh pembawa acara kenapa sempat menangis pada satu hari setelah Basuki atau Ahok ditahan.

Djarot pun menceritakan campur aduk perasaannya ketika itu.

"Saya memikirkan Pak Ahok, dia sudah kerja keras luar biasa, dia orang pekerja. Hidupnya didedikasikan untuk bekerja. Tapi sebagai manusia biasa dia punya kelemahan, kelemahan dia ada di pilihan katanya yang tidak tepat, emosi yang tak terkontrol dan mulut ceplas ceplos," ujar Djarot di Gedung Filateli, Jalan Pos, Kamis (16/8/2018).

Satu hari setelah Ahok ditahan, ribuan orang berkumpul di Balai Kota DKI Jakarta. Mereka semua bernyanyi Rayuan Pulau Kelapa dengan dipimpin oleh musisi Addie MS. Saat itu lah, Djarot menitikan air mata.

Baca juga: Dari Dalam Penjara, Ahok Buat Buku tentang Kebijakannya Selama di Jakarta

Djarot bercerita ketika itu dia dan Ahok baru saja kalah dalam Pilkada DKI 2017. Pada saat yang sama, Ahok divonis penjara 2 tahun atas kasus penodaan agama. Setelah divonis, Ahok langsung ditahan begitu saja. Rangkaian kejadian itu membuat Djarot merasa kaget.

Djarot pun langsung mengajukan diri sebagai penjamin Ahok saat itu juga. Bukan atas nama pribadi, melainkan jabatannya sebagai wakil gubernur. Dia menjamin Ahok tidak akan melarikan diri dan melanggar hukum.

Dengan kejadian itu semua, dia menjadi tidak kuat menahan haru ketika melihat ribuan orang bernyanyi dan menangis di Balai Kota.

"Maka kita semua larut," ujar Djarot.

Baca juga: Mantan Pejabat DKI Beri Testimoni tentang Kebijakan Ahok dalam Peluncuran Buku

Selama memimpin Jakarta bersama Ahok, Djarot mengaku paling bangga dengan sistem yang sudah dibangun. Dengan sistem e-budgeting, PNS DKI otomatis harus menyusun anggaran secara transparan. Berawal dari transparansi itu juga, tercipta program serta infrastruktur yang bermanfaat untuk masyarakat.

"Jadi apapun kebijakan Ahok, Pak BTP ini, yang bagus-bagus legacy-nya bukan untuk Pak BTP, tapi untuk seluruh warga Jakarta," ujar Djarot.

Buku Kebijakan Ahok ditulis oleh Ahok dari dalam penjara. Di sana tertuang cerita Ahok dalam merumuskan kebijakan-kebijakannya selama di Jakarta.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Sebut Keributan Suporter di Stasiun Manggarai Libatkan Jakmania dan Viking

Polisi Sebut Keributan Suporter di Stasiun Manggarai Libatkan Jakmania dan Viking

Megapolitan
Aditya Tak Tahu Koper yang Dibawa Kakaknya Berisi Mayat RM

Aditya Tak Tahu Koper yang Dibawa Kakaknya Berisi Mayat RM

Megapolitan
Kadishub DKI Jakarta Tegaskan Parkir di Minimarket Gratis

Kadishub DKI Jakarta Tegaskan Parkir di Minimarket Gratis

Megapolitan
Koper Pertama Kekecilan, Ahmad Beli Lagi yang Besar untuk Masukkan Jenazah RM

Koper Pertama Kekecilan, Ahmad Beli Lagi yang Besar untuk Masukkan Jenazah RM

Megapolitan
Polisi Masih Buru Pemasok Narkoba ke Rio Reifan

Polisi Masih Buru Pemasok Narkoba ke Rio Reifan

Megapolitan
Dishub DKI Jakarta Janji Tindak Juru Parkir Liar di Minimarket

Dishub DKI Jakarta Janji Tindak Juru Parkir Liar di Minimarket

Megapolitan
Kasus Pembunuhan Wanita Dalam Koper, Korban Diduga Tak Tahu Pelaku Memiliki Istri

Kasus Pembunuhan Wanita Dalam Koper, Korban Diduga Tak Tahu Pelaku Memiliki Istri

Megapolitan
Tangkap Aktor Rio Reifan, Polisi Sita 1,17 Gram Sabu dan 12 Butir Psikotropika

Tangkap Aktor Rio Reifan, Polisi Sita 1,17 Gram Sabu dan 12 Butir Psikotropika

Megapolitan
Polisi Usut Indentitas Mayat Laki-laki Tanpa Busana di Kanal Banjir Barat Tanah Abang

Polisi Usut Indentitas Mayat Laki-laki Tanpa Busana di Kanal Banjir Barat Tanah Abang

Megapolitan
Sebelum Dibunuh Arif, RM Sempat Izin ke Atasan untuk Jenguk Kakaknya di RS

Sebelum Dibunuh Arif, RM Sempat Izin ke Atasan untuk Jenguk Kakaknya di RS

Megapolitan
Keluarga Tolak Otopsi, Jenazah Pemulung di Lenteng Agung Segera Dibawa ke Kampung Halaman

Keluarga Tolak Otopsi, Jenazah Pemulung di Lenteng Agung Segera Dibawa ke Kampung Halaman

Megapolitan
Mayat Laki-laki Tanpa Busana Mengambang di Kanal Banjir Barat Tanah Abang

Mayat Laki-laki Tanpa Busana Mengambang di Kanal Banjir Barat Tanah Abang

Megapolitan
Perempuan Dalam Koper Bawa Rp 43 Juta, Hendak Disetor ke Rekening Perusahaan

Perempuan Dalam Koper Bawa Rp 43 Juta, Hendak Disetor ke Rekening Perusahaan

Megapolitan
Rio Reifan Lagi-lagi Terjerat Kasus Narkoba, Polisi: Tidak Ada Rehabilitasi

Rio Reifan Lagi-lagi Terjerat Kasus Narkoba, Polisi: Tidak Ada Rehabilitasi

Megapolitan
Dibutuhkan 801 Orang, Ini Syarat Jadi Anggota PPS Pilkada Jakarta 2024

Dibutuhkan 801 Orang, Ini Syarat Jadi Anggota PPS Pilkada Jakarta 2024

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com