Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bisa Curi Tujuh Motor Sehari, Komplotan Ini Jual Motor Curian Seharga Rp 2 Juta

Kompas.com - 15/06/2019, 21:46 WIB
Ardito Ramadhan,
Heru Margianto

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Komplotan curanmor asal Lampung yang bisa mencuri tujuh sepeda motor dalam sehari membawa sepeda motor hasil curian mereka ke daerah Sukabumi dan Pangandaran, Jawa Barat.

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono mengatakan, sepeda motor curian itu dibawa ke sana untuk dijual dengan harga miring sebesar Rp 2.000.000 untuk setiap unitnya.

"Jadi, dari hasil pencurian ini, motor ini dilempar atau dijual di daerah Sukabumi, Pangandaran dengan harga Rp 2.000.000-an, tergantung motornya, dia lihat kondisinya," kata Argo dalam konferensi pers di RS Polri Kramat Jati, Sabtu (15/6/2019).

Baca juga: Setahun Beroperasi, Komplotan Curanmor Ini Gondol 100-an Motor di Bekasi dan Jaktim

Ia menuturkan, uang hasil penjualan barang curian itu nantinya akan dibagi rata oleh setiap anggota komplotan. Setelah berkali-kali mencuri dan mendapat uang yang banyak, para pelaku akan kembali ke kampungnya di Lampung.

Argo mengatakan, para pelaku itu bertingkah bak saudagar saat tiba di Lampung karena dapat membawa uang berlimpah seakan-akan bekerja secara halal di perantauan.

"Setelah dia bekerja mencuri berapa kali di Jakarta, setelah cukup uangnya, pulang ke kampung kayak raja di sana. Dia di sana langsung 'wah saya habis berhasil merantau bekerja'," kata Argo.

Berkaca dari hal itu, Argo pun mengimbau masyarakat untuk tak mudah terbius tawaran membeli sepeda motor berharga miring karena bisa jadi motor tersebut merupakan motor curian.

"Masyarakat kalau ada motor yang dijual tanpa suratnya jangan dibeli dengan harga yang murah yang tidak masuk akal," ujar Argo.

Diberitakan sebelumnya, polisi menangkap dua orang anggota komplotan curanmor asal Lampung yaitu Hengki dan Junaedi. Pimpinan kelompok itu tewas didor karena melawan petugas sedangkan dua orang anggota lainnya masih buron.

Kelompok tersebut biasa beraksi di Bekasi dan Jakarta Timur selama satu tahun terakhir. Dalam sehari, kelompok itu bisa menggondol enam sampai tujuh motor. Baca juga: Polisi Ringkus Komplotan Curanmor Bekasi dan Jaktim Asal Lampung, Pimpinannya Tewas Didor

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com