JAKARTA, KOMPAS.com - Kapolres Metro Jakarta Utara, Kombes Budhi Herdi Susianto mengatakan, Djunaidi, oknum guru madrasah di Penjaringan yang cabuli seorang siswi kerap kali melakukan kekerasan dan mengancam korbannya.
Djunaidi mengancam korbannya bakal diberikan nilai jelek apabila tidak menuruti kemauannya.
Selain itu, Djunaidi juga dikenal sebagai guru yang mudah emosi dan ringan tangan kepada murid-muridnya.
"Ini yang membuat murid menjadi tertekan kemudian murid menuruti apa yang diinginkan pelaku," kata Budhi di kantornya di Jakarta, Jumat (26/7/2019).
Baca juga: Cabuli Siswinya, Oknum Guru Madrasah di Penjaringan Diciduk Polisi
Hal itu pula yang membuat korban tak berani melaporkan tindakan bejat pelaku kepada orangtuanya hingga berbulan-bulan.
Hingga akhirnya, korban ketakutan dan tak berani datang ke sekolah.
"Korban Mawar tidak mau berangkat sekolah atau takut berangkat ke sekolah. Kemudian ditanya kenapa, korban mawar akhirnya menceritakan bahwa dia menjadi korban pencabulan oleh gurunya," ujarnya.
Baca juga: Oknum Guru Madrasah yang Cabuli Siswinya Lakukan Aksi Bejat di Ruang Kelas
Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap korban, Djunaidi diketahui sudah enam kali melakukan aksinya terhadap korbannya.
Tindakan bejat tersebut sudah dilakukannya sejak enam bulan terakhir.
Pencabulan tersebut dilakukan Djunaidi di ruang kelas sewaktu memberi teori mata pelajaran olahraga.
Akhirnya, orangtua korban melaporkan hal tersebut ke kepolisian.
Djunaidi di tangkap pada Rabu (24/7/2019). Pelaku dijerat pasal 82 UU RI nomo 35 tahun 2014 tentang perubahan atas UU nomor 23 tentang perlindungan anak.
Karena pelaku merupakan guru korban, ancaman hukumannya ditambah sepertiga menjadi 20 tahun penjara.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.