Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dulu Warga Bisa Berenang di Kali Gubuk Genteng, Sekarang Banyak Kotoran Manusia

Kompas.com - 01/11/2019, 19:12 WIB
Jimmy Ramadhan Azhari,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Warga Sukapura mengaku miris melihat kondisi Kali Gubuk Genteng di Kelurahan, Sukapura, Cilincing, Jakarta Utara. Pasalnya, saat ini kali itu tampak sempit, kumuh, dan keruh.

Yasin (35) salah satunya. Pria yang lahir dan tumbuh di sekitar Kali tersebut bahkan sempat mengenang masa kanak-kanaknya ketika bermain dan berenang di kali itu.

"Tahun 80-an dulu saya berenang di sini, memang jadi tempat main anak-anak. Sekarang kondisinya begini, banyak kotoran (manusia), saya bingung," kaya Yasin kepada Kompas.com di pinggir Kali Gubuk Genteng, Jumat (1/11/2019).

Yasin menceritakan, dulu permukaan kali itu sangat luas, lebarnya bisa mencapai delapan hingga 10 meter. Sedangkan kini yang tersisa hanya sekitar 2,5 meter.

Kondisi itu mulai berubah ketika lokasi tersebut mulai dipadati penduduk sekitar tahun 1990-an. Warga sekitar mulai mengokupasi bantaran kali untuk membangun rumah-rumah kontrakan.

"Mulai ramai itu sejak ada KBN (Cakung), sekitar tahun 90-an lah," ucap Yasin.

Baca juga: Kondisi Kali Gubuk Genteng, Menghitam dan Penuh Kotoran Manusia

Selain mempersempit aliran kali, rumah-rumah kontrakan itu rata-rata tidak dibekali dengan septic tank. Warga yang mengontrak biasanya buang air di WC umum yang ada di pinggir kali, di mana kotoran mereka langsung mengalir ke kali tersebut.

Sekitar tiga tahun belakangan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta  mencoba memperbaiki kondisi kali dengan membangun turap di pinggiran kali.

Turap dibangun untuk mematenkan luas permukaan kali selebar 2,5 meter tersebut. Namun, ada beberapa bangunan rumah warga yang berdiri melebihi batas tersebut.

"Dulu udah disuruh ditertibin yang lewat batas itu, warga udah pada mau, tapi waktu itu yang bangun turap enggak mau bongkar. Yang bangun swasta kayaknya, mereka enggak pakai seragam pemerintah," tutur Yasir.

Akibatnya, turap di sisi sebelah kanan kali terputus sekitar 100 meter karena ada bangunan-bangunan perumahan warga.

Baca juga: Rumah yang Berdiri di Aliran Kali Gubuk Genteng Dibongkar

Berdasarkan pantauan di lokasi, aliran yang membatasi Kelurahan Sukapura dengan Kelurahan Semper Barat itu tampak keruh berwarna kehitaman.

Air dari kali itu tidak mengalir. Mirisnya lagi, banyak kotoran manusia yang mengambang di kali yang airnya dangkal tersebut.

Aliran kali di Jembatan Semper awalnya terlihat cukup lebar, kira-kira 10 meter. Namun, semakin mendekat ke pemukiman warga di Gang Bambu, kali semakin menyempit.

Terlebih di lokasi bekas pembongkaran bangunan yang dilakulan oleh Kelurahan Semper Jumat pagi tadi. Terlihat lebar kali kurang dari satu meter tertutup fondasi bangunan dan puing-puing bekas pembongkaran.

Yati Maryati (50), warga yang tinggal di bantaran kali menyampaikan, hal itu terjadi karena aliran kali yang sangat sempit kadang tidak mampu menampung air sehingga menggenangi rumah warga.

"Gimana lagi udah begitu kondisinya, tiap hujan banjir bisa sampai sedengkul," tutur Yati

Alhasil, warga sekitar mempertinggi lantai rumah mereka agar tiap kali musim penghujan datang, air tak masuk ke dalam rumah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

9 Jam Berdarah: RN Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

9 Jam Berdarah: RN Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

Megapolitan
Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

Megapolitan
Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Megapolitan
Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Megapolitan
Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Megapolitan
Rayakan 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Rayakan "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Megapolitan
Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com