BEKASI, KOMPAS.com - Kamis (28/11/2019) pagi, ketika matahari baru merangkak naik, Lidia Anastasia (18) ada di balik etalase warung kelontong ibunya. Aktivitas itu rutin ia lakukan saban hari sebelum pergi kerja.
Warung kelontong Lidia terpaut 50 meter di sisi seberang Panti Asuhan Rumah Shalom, Rawalumbu, Kota Bekasi.
Sementara itu, tepat di seberang Panti Asuhan Rumah Shalom, berdiri Yayasan Sekolah Mahanaim. Warung kelontong Lidia ada satu deret dengan sekolah itu, dipisahkan oleh selintas gang.
Belum ada ramai-ramai anak sekolah yang mampir ke warung Lidia buat jajan sepagi itu. Lidia tetap jaga-jaga di balik etalase, walau Jalan Bambu Kuning Selatan depan warungnya masih senyap.
Dari balik etalase, Lidia melihat sepeda motor jenis Yamaha Vixion warna putih-hitam melintas di depan warungnya, dari arah panti asuhan atau sekolah.
Baca juga: Bayi Perempuan dalam Kardus Ditemukan di Pinggir Jalan di Rawalumbu, Bekasi
Di atas kuda besi itu, duduk dua orang berboncengan. Sekelebatan pandang, Lidia melihat pengemudi motor itu laki-laki muda berjaket coklat membonceng perempuan muda berpakaian belang-belang.
"Yang cowok pakai helm Gojek. Hitam, manis, rambutnya panjang. Ceweknya yang dibonceng juga cakep, putih. Rambutnya lurus," ungkap Lidia kepada Kompas.com di Mapolsek Metro Bekasi Kota, Kamis siang.
Ia melihat, perempuan yang dibonceng itu memboyong sekotak kardus di tangan kirinya, dan helm Gojek di tangan kanannya. Pemandangan itu berlalu begitu saja.
Tak sampai berapa menit, motor itu kembali melintas ke arah berlawanan. Lidia masih di balik etalase warung. Sementara ibunya berada di dapur, memasak.
Baca juga: Isi Surat Wasiat di Samping Bayi dalam Kardus di Bekasi: Bukan karena Kami Membencimu...
Sejenak, telinganya kembali menangkap deru mesin motor yang tadi lewat di depan warungnya. Deru yang stabil mengisyaratkan motor itu berhenti dekat warungnya.
Lidia menyangka, mereka kurir Gojek dari atribut helm dan kardus yang mereka boyong. Mungkin mencari alamat dan berhenti ingin bertanya, pikirnya. Lidia beringsut ke luar.
Di luar, ia melihat keduanya turun dari motor, sedang dalam posisi hendak meletakkan kardus yang mereka boyong sejak tadi, 10 meter di pinggir jalan, sederetan dengan warungnya.
Melihat ada Lidia menyaksikan mereka, keduanya batal meletakkan kardus dan kembali menaiki motor, putar arah dan melaju ke arah panti asuhan/sekolah lagi.
"Kata saya, ini mau nanya alamat apa bagaimana sih, jadi apa enggak nanya alamat. Eh terus dia menggok (belok) ke kiri," aku Lidia.
Di luar, keadaan masih sepi selepas pemotor itu berlalu. Lidia kemudian menyambung selang di seberang warung, memunggungi jalan dan warungnya.