Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bangun Bilik Pintar untuk Anak-anak Pemulung, Ini Alasan Bowo

Kompas.com - 14/12/2019, 14:56 WIB
Audia Natasha Putri,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Tak jauh dari pemakaman Menteng, terdapat saung kecil seluas 3x4 meter beratapkan seng bekas, dan bercat merah putih.

Saung itu bernama Bilik Pintar (BILPIN), sebuah lembaga pendidikan informal yang berlokasi di Kampung Penampungan Ghasong, Kelurahan Menteng Atas, Jakarta Selatan.

BILPIN digagas oleh Teguh Suprobo atau yang disapa Bowo yang merupakan aktivis Rumah Kedaulatan Rakyat yang ikut bermukim di sana.

Bowo berujar, BILPIN terbentuk karena dia miris dengan banyaknya anak-anak yang tidak mendapat pendidikan layak.

Baca juga: Mengenal Bilik Pintar, Tempat Belajar di Antara Gunungan Sampah

 

“Motivasi saya membentuk BILPIN karena saya ingin melihat anak-anak dapat bersekolah dan mengenyam pendidikan layak,” ujar dia saat ditemui Kompas.com, Jumat (13/12/2019).

Teguh Suprobo sedang duduk sambil menulis materi yang akan diajarkan kepada anak didiknya.Audia Natasha Putri Teguh Suprobo sedang duduk sambil menulis materi yang akan diajarkan kepada anak didiknya.
Pria kelahiran Brebes ini menambahkan, ia tak ingin anak-anak putus sekolah karena keterbatasan ekonomi.

Ia berpendapat, setiap warga negara berhak mendapat pendidikan layak, karena hal itu sudah diatur dalam undang-undang.

“Saya ingin semua anak bangsa dapat pendidikan layak. Cukup saya saja yang bernasib seperti ini,” tambahnya.

Baginya, pendidikan adalah sebuah investasi penting dalam kehidupan.

“Jangan bernasib seperti saya. Jangan jadi orang miskin, larilah dari kemiskinan. Karena miskin itu termasuk sifar kufur di dalam Alquran,” ujarnya.

 

Bowo berujar, ia membentuk Bilik Pintar agar nantinya anak-anak penerus bangsa ini tidak lagi terjebak dalam kemiskinan.

"Pendidikan itu juga kunci agar kita bisa lolos dari kemiskinan. Kalau kita pintar, kita pasti akan dicari orang," kata pria kelahiran Brebes ini.

Diawali dengan suka duka yang dirasakan kaum kusam, istilah yang ia gunakan untuk menyebut rakyat miskin, Bowo berinisiatif untuk membentuk lembaga pendidikan yang tidak terjangkau oleh negara untuk anak-anak kurang mampu.

“Lembaga-lembaga seperti ini harus ada karena untuk mematahkan stigma bahwa negara abai dan tidak menjangkau. Mencerdaskan anak bangsa tidak harus menunggu, tetapi harus dimulai dari gerakan,” ujar pria yang menyukai sejarah ini.

 

Untuk menyebut anak didiknya, Bowo memanggil mereka dengan sebutan “anak bangsa”. Menurutnya, “anak didik” memiliki makna sempit.

“Anak-anak yang belajar di sini adalah ‘anak bangsa’, bukan ‘anak didik’. Merekalah yang akan menjadi penerus bagi bangsa Indonesia, yang kelak akan membangun Indonesia kita tercinta,” ungkapnya sambil berapi-api.

Bowo berharap, Bilpin mampu membawa semangat bagi anak-anak pemulung dan yang kurang beruntung hingga pada akhirnya bisa mengubah nasib mereka.

"Saya menaruh harapan pada mereka yang kelak akan menjadi generasi penerus bangsa ini," ujar pria berambut panjang ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jelang Pilkada 2024, Demokrat Ungkap Kriteria yang Cocok Jadi Cagub Jakarta

Jelang Pilkada 2024, Demokrat Ungkap Kriteria yang Cocok Jadi Cagub Jakarta

Megapolitan
Upaya Mencari Titik Terang Kasus Junior Tewas di Tangan Senior STIP

Upaya Mencari Titik Terang Kasus Junior Tewas di Tangan Senior STIP

Megapolitan
Pelaku Pembunuhan Kakak Tiri di Medan Serahkan Diri ke Polresta Bogor

Pelaku Pembunuhan Kakak Tiri di Medan Serahkan Diri ke Polresta Bogor

Megapolitan
Cerita Warga Trauma Naik JakLingko, Tegur Sopir Ugal-ugalan Malah Diteriaki 'Gue Orang Miskin'...

Cerita Warga Trauma Naik JakLingko, Tegur Sopir Ugal-ugalan Malah Diteriaki "Gue Orang Miskin"...

Megapolitan
Pendisiplinan Tanpa Kekerasan di STIP Jakarta Utara, Mungkinkah?

Pendisiplinan Tanpa Kekerasan di STIP Jakarta Utara, Mungkinkah?

Megapolitan
STIP Didorong Ikut Bongkar Kasus Junior Tewas di Tangan Senior

STIP Didorong Ikut Bongkar Kasus Junior Tewas di Tangan Senior

Megapolitan
Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir di Minimarket dan Simalakama Jukir yang Beroperasi

Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir di Minimarket dan Simalakama Jukir yang Beroperasi

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Kuasa Hukum Berharap Ada Tersangka Baru Usai Pra-rekonstruksi

Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Kuasa Hukum Berharap Ada Tersangka Baru Usai Pra-rekonstruksi

Megapolitan
Cerita Farhan Kena Sabetan Usai Lerai Keributan Mahasiswa Vs Warga di Tangsel

Cerita Farhan Kena Sabetan Usai Lerai Keributan Mahasiswa Vs Warga di Tangsel

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 7 Mei 2024 dan Besok: Nanti Malam Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 7 Mei 2024 dan Besok: Nanti Malam Hujan Ringan

Megapolitan
Provokator Gunakan Petasan untuk Dorong Warga Tawuran di Pasar Deprok

Provokator Gunakan Petasan untuk Dorong Warga Tawuran di Pasar Deprok

Megapolitan
Tawuran Kerap Pecah di Pasar Deprok, Polisi Sebut Ulah Provokator

Tawuran Kerap Pecah di Pasar Deprok, Polisi Sebut Ulah Provokator

Megapolitan
Tawuran di Pasar Deprok Pakai Petasan, Warga: Itu Habis Jutaan Rupiah

Tawuran di Pasar Deprok Pakai Petasan, Warga: Itu Habis Jutaan Rupiah

Megapolitan
Sebelum Terperosok dan Tewas di Selokan Matraman, Balita A Hujan-hujanan dengan Kakaknya

Sebelum Terperosok dan Tewas di Selokan Matraman, Balita A Hujan-hujanan dengan Kakaknya

Megapolitan
Kemiskinan dan Beban Generasi 'Sandwich' di Balik Aksi Pria Bayar Makan Seenaknya di Warteg Tanah Abang

Kemiskinan dan Beban Generasi "Sandwich" di Balik Aksi Pria Bayar Makan Seenaknya di Warteg Tanah Abang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com