Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemulung Meninggal di Dalam Gubuk, Saksi: Sudah Tidak Merespons Saat Ditawari Kopi

Kompas.com - 03/05/2024, 16:28 WIB
Dzaky Nurcahyo,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Parsini (50) menjadi orang pertama yang menemukan pemulung bernama Jawawi dalam kondisi tak bernyawa di dalam gubuknya, Jalan Kramat, Lenteng Agung, Jagakarsa, Jakarta Selatan.

“Mungkin saya yang pertama tahu, karena saya biasa menawarkan kopi atau teh saat pagi hari,” ujar dia saat ditemui di lokasi, Jumat (3/5/2024).

Parsini mengungkapkan, mulanya dia hendak menawari Jawawi kopi atau teh sekitar pukul 05.00 WIB.

Namun, ketika diajak berbicara, Jawawi disebut tak merespons perkataannya.

Baca juga: Pria yang Meninggal di Gubuk Wilayah Lenteng Agung adalah Pemulung

“Saya tanya, ‘Pakde mau kopi atau teh?’. Tapi, tidak ada jawabannya,” tutur dia.

Parsini lantas memanggil tetangga untuk membantu membangunkan Jawawi. Namun, ketika coba dibangunkan berkali-kali, hasil tetap nihil dan tak ada jawaban.

“Teman kemudian bilang bahwa Pakde Jawawi sudah 'tak ada' (meninggal dunia). Padahal, semalam saya masih mengobrol sama beliau,” ungkap Parsini.

Setelah itu, warga sekitar memanggil pihak puskesmas untuk melakukan pemeriksaan guna memastikan kondisi Jawawi. Tak lama kemudian, tenaga kesehatan pun menyatakan bahwa Jawawi sudah meninggal dunia.

Baca juga: Pemulung yang Tewas di Gubuk Lenteng Agung Menderita Penyakit Gatal Menahun

“Kami panggil pihak puskesmas. Setelah dinyatakan meninggal dunia, puskesmas menelepon polisi karena prosedurnya seperti itu,” ucap Parsini.

Diberitakan sebelumnya, seorang pemulung bernama Jawawi ditemukan meninggal dunia di dalam gubuk yang djbangunnya, Jalan Kramat, Lenteng Agung, Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Kapolsek Jagakarsa AKP Iwan Gunawan mengungkapkan, korban menghembuskan napas terakhirnya karena sakit.

Namun, belum diketahui secara pasti penyakit apa yang diderita korban.

“Penyebabnya sakit, soalnya kami menemukan obat-obatan di sana,” tutur dia.

Iwan mengungkapkan, korban sudah lama tinggal di sekitar Jalan Kramat.

Ia mendirikan gubuk bersama beberapa rekan seprofesinya yang berasal dari kampung halamannya, Pati, Jawa Tengah.

“Orang di sekitar sana sudah kenal sama beliau. Sudah tahu bahwa beliau sehari-harinya bekerja sebagai pemulung,” tutup Iwan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Nasib Nahas Efendy yang Tewas di Kali Sodong, Diburu Mata Elang dan Dipukuli hingga Tak Berdaya

Nasib Nahas Efendy yang Tewas di Kali Sodong, Diburu Mata Elang dan Dipukuli hingga Tak Berdaya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Dibegal dengan Diterima Jadi Polisi | Kilas Balik Kronologi Pembunuhan Vina Cirebon

[POPULER JABODETABEK] Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Dibegal dengan Diterima Jadi Polisi | Kilas Balik Kronologi Pembunuhan Vina Cirebon

Megapolitan
Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Megapolitan
Pria di Kali Sodong Dibunuh 'Debt Collector' Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Pria di Kali Sodong Dibunuh "Debt Collector" Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Megapolitan
KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

Megapolitan
PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

Megapolitan
Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Megapolitan
Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Megapolitan
'Bullying' Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

"Bullying" Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

Megapolitan
KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

Megapolitan
Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Megapolitan
Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Megapolitan
Epy Kusnandar Direhabilitasi sedangkan Yogi Gamblez Ditahan, Ini Alasan Polisi

Epy Kusnandar Direhabilitasi sedangkan Yogi Gamblez Ditahan, Ini Alasan Polisi

Megapolitan
Sidang Konflik Lahan, Hakim Periksa Langsung Objek Perkara di Hotel Sultan

Sidang Konflik Lahan, Hakim Periksa Langsung Objek Perkara di Hotel Sultan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com