Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Sejarah di Museum Pustaka Peranakan Tionghoa

Kompas.com - 24/01/2020, 20:28 WIB
Muhammad Isa Bustomi,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com - Tak ada yang istimewa dari salah satu bangunan rumah toko (ruko) yang berlokasi di Kawasan BSD Serpong, Tangerang Selatan.

Hanya ada satu papan merah berukir yang kondisinya telah usang. Papan itu memiliki aksara berkelir emas dengan tulisan "Museum Pustaka Peranakan Tionghoa".

Selangkah saat melewati papan tersebut untuk masuk, terdapat pemandangan kuno lain yang terpampang pada dalam jendela ruko seperti adanya papan nama beraksara mandarin.

Baca juga: Masyarakat China dan Sumbangsih pada Bahasa di Indonesia

Begitu di dalam ruangan, tampak tumpukan buku-buku hingga majalah serta komik yang memiliki aksara serupa.

Koleksi di Museum Pustaka Peranakan Tionghoa, Tangerang Selatan, Banten, Jumat (24/1/2020). Museum ini didirikan oleh seseorang berdarah gayo, Aceh yaitu Azmi Abubakar pada tahun 2011 dengan koleksi lebih dari 30 ribu buku, dokumen, potongan artikel koran, foto dan lain-lain.KOMPAS.com/MUHAMMAD ISA BUSTOMI Koleksi di Museum Pustaka Peranakan Tionghoa, Tangerang Selatan, Banten, Jumat (24/1/2020). Museum ini didirikan oleh seseorang berdarah gayo, Aceh yaitu Azmi Abubakar pada tahun 2011 dengan koleksi lebih dari 30 ribu buku, dokumen, potongan artikel koran, foto dan lain-lain.

Pandangan yang semula melihat museum sederhana biasa seakan sirna, menjadi istimewa.

Saat ditemui ditemui Kompas.com Rabu (22/1/2020), pemilik museum Azmi Abubakar mengatakan bahwa seluruh buku, masajalah, komik, serta foto-foto yang menggambarkan sejarah Tionghoa telah dikumpulknya sejak 1999 lalu.

Saat ini, sedikitnya sudah ada 40.000 literatur yang mengenai sejarah Tionghoa di Indonesia.

Museum Pustaka Peranakan Tionghoa, Tangerang Selatan, Banten, Jumat (24/1/2020). Museum ini didirikan oleh seseorang berdarah gayo, Aceh yaitu Azmi Abubakar pada tahun 2011 dengan koleksi lebih dari 30 ribu buku, dokumen, potongan artikel koran, foto dan lain-lain.KOMPAS.com/MUHAMMAD ISA BUSTOMI Museum Pustaka Peranakan Tionghoa, Tangerang Selatan, Banten, Jumat (24/1/2020). Museum ini didirikan oleh seseorang berdarah gayo, Aceh yaitu Azmi Abubakar pada tahun 2011 dengan koleksi lebih dari 30 ribu buku, dokumen, potongan artikel koran, foto dan lain-lain.

"Museum ini saya buka tahun 2011, setelah saya kumpulkan dokumen sejak tahun 1999. Saat ini ada sekitar 40.000 literatur," kata Azmi.

Baca juga: Sejarah Bangunan Tionghoa Tertua di Jakarta

Pengumpulan dokumen sejarah Tionghoa ini tak lepas dari kerusuhan etnis di Jakarta pada tahun 1998.

Saat itu Azmi yang merupakan aktivis bagaimana kejadian menyedihkan menimpa keluarga Tionghoa.

Pascakerusuhan itulah, Azmi niat mengumpulkan literatur sejarah untuk mengingatkan bangsa tentang keberadaan etnis Tionghoa yang tidak sedikit jasanya.

Baca juga: Kali Angke dan Tragedi Pembantaian Etnis Tionghoa oleh Belanda

"Awalnya saya ingin mencari tau apa sih alasan sehingga masyarakat begitu liar pada saat itu. Setelah saya merenung ternyata saya nilai itu akibat minimnya informasi," ucapnya.

Koleksi di Museum Pustaka Peranakan Tionghoa, Tangerang Selatan, Banten, Jumat (24/1/2020). Museum ini didirikan oleh seseorang berdarah gayo, Aceh yaitu Azmi Abubakar pada tahun 2011 dengan koleksi lebih dari 30 ribu buku, dokumen, potongan artikel koran, foto dan lain-lain.KOMPAS.com/MUHAMMAD ISA BUSTOMI Koleksi di Museum Pustaka Peranakan Tionghoa, Tangerang Selatan, Banten, Jumat (24/1/2020). Museum ini didirikan oleh seseorang berdarah gayo, Aceh yaitu Azmi Abubakar pada tahun 2011 dengan koleksi lebih dari 30 ribu buku, dokumen, potongan artikel koran, foto dan lain-lain.

Berangkat dari situ, Azmi mulai mengumpulkan tentang sejarah Tionghoa yang telah dibacanya.

Begitu banyak dokumen yang menceritakan sejarah Tionghoa untuk Indonesia berada di museum milik pria kelahiran Aceh ini.

Tahun penerbitan pun kian beragam, mulai 1800 hingga 1990-an. Tentu literatur tersebut didominasi mengenai Tionghoa.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Provokator Gunakan Petasan untuk Dorong Warga Tawuran di Pasar Deprok

Provokator Gunakan Petasan untuk Dorong Warga Tawuran di Pasar Deprok

Megapolitan
Tawuran Kerap Pecah di Pasar Deprok, Polisi Sebut Ulah Provokator

Tawuran Kerap Pecah di Pasar Deprok, Polisi Sebut Ulah Provokator

Megapolitan
Tawuran di Pasar Deprok Pakai Petasan, Warga: Itu Habis Jutaan Rupiah

Tawuran di Pasar Deprok Pakai Petasan, Warga: Itu Habis Jutaan Rupiah

Megapolitan
Sebelum Terperosok dan Tewas di Selokan Matraman, Balita A Hujan-hujanan dengan Kakaknya

Sebelum Terperosok dan Tewas di Selokan Matraman, Balita A Hujan-hujanan dengan Kakaknya

Megapolitan
Kemiskinan dan Beban Generasi 'Sandwich' di Balik Aksi Pria Bayar Makan Seenaknya di Warteg Tanah Abang

Kemiskinan dan Beban Generasi "Sandwich" di Balik Aksi Pria Bayar Makan Seenaknya di Warteg Tanah Abang

Megapolitan
Cerita Warga Sempat Trauma Naik JakLingko karena Sopir Ugal-ugalan Sambil Ditelepon 'Debt Collector'

Cerita Warga Sempat Trauma Naik JakLingko karena Sopir Ugal-ugalan Sambil Ditelepon "Debt Collector"

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Seorang Pria Ditangkap Buntut Bayar Makan Warteg Sesukanya | Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017

[POPULER JABODETABEK] Seorang Pria Ditangkap Buntut Bayar Makan Warteg Sesukanya | Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017

Megapolitan
Libur Nasional, Ganjil Genap Jakarta Tanggal 9-10 Mei 2024 Ditiadakan

Libur Nasional, Ganjil Genap Jakarta Tanggal 9-10 Mei 2024 Ditiadakan

Megapolitan
Curhat ke Polisi, Warga Klender: Kalau Diserang Petasan, Apakah Kami Diam Saja?

Curhat ke Polisi, Warga Klender: Kalau Diserang Petasan, Apakah Kami Diam Saja?

Megapolitan
Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Megapolitan
Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Megapolitan
Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Megapolitan
RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

Megapolitan
Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com