Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahasiswa Berbagai Cabang Kampus Gunadarma Gabung Demo di Margonda

Kompas.com - 09/03/2020, 14:07 WIB
Vitorio Mantalean,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

DEPOK, KOMPAS.com - Massa mahasiswa Universitas Gunadarma di Kampus D, Jalan Margonda Raya, Depol kedatangan gelombang pengunjuk rasa yang lebih banyak lagi, Senin (9/3/2020).

Pantauan Kompas.com, ratusan mahasiswa dari kampus Gunadarma region Karawaci tiba di Kampus D sekira pukul 13.30 WIB.

Mereka sama-sama membawa spanduk berisi protes, mengenakan jaket almamater, dan meneriakkan yel-yel unjuk rasa.

"Mahasiswa bersatu, tak bisa dikalahkan!" seru mereka berulang-ulang.

"Ada sekitar 300 mahasiswa dari region Karawaci," ujar salah satu pengunjuk rasa.

Baca juga: Ratusan Mahasiswa Universitas Gunadarma Demo Kampusnya Sendiri, Tuntut Perbaikan Sistem

"Nanti semua datang. Dari Salemba, dari Kalimalang juga. Masih pada otw (dalam perjalanan) semua," kata mahasiswa yang lain.

Para mahasiswa dari regional Karawaci disebut berangkat dari kampus mereka sekitar pukul 11.00 WIB, menggunakan bus.

"Tadi kita naik bus berangkat jam 11.00 WIB. Ini kita bergabung di sini untuk menyuarakan hal yang sama yaitu mengkritisi kebijakan kampus," ucap salah satu dari mereka.

Ratusan mahasiswa Universitas Gunadarma melancarkan aksi long march dalam rangka unjuk rasa, Senin (9/3/2020). Mereka berjalan kaki dari Kampus E di Kelapa Dua, Cimanggis, selama kurang lebih satu jam sebelum tiba di titik aksi Kampus D, Jalan Margonda Raya.KOMPAS.com/VITORIO MANTALEAN Ratusan mahasiswa Universitas Gunadarma melancarkan aksi long march dalam rangka unjuk rasa, Senin (9/3/2020). Mereka berjalan kaki dari Kampus E di Kelapa Dua, Cimanggis, selama kurang lebih satu jam sebelum tiba di titik aksi Kampus D, Jalan Margonda Raya.

Setibanya di Kampus D, mereka langsung bergabung di dalam kerumunan pengunjuk rasa di halaman depan Gedung Rektorat Universitas Gunadarma.

Ruang yang semakin padat tak jadi alasan mereka mengurangi gelombang pengunjuk rasa.

"Kalau enggak muat ya kita dudukin saja rektoratnya," ucap salah satu mahasiswa.

Aksi unjuk rasa ini menuntut pihak Universitas Gunadarma buat membenahi aneka sistem perkuliahan serta perbaikan fasilitas.

Para mahasiswa tampak membentangkan aneka spanduk protes, seperti "Sistemku Tak Sebagus Gedungku", "Ada yang Berantakan Tapi Bukan Kamarku Melainkan Kampusku", "Jangan Digulung karena Kami sedang Minta Tulung".

Salah satu mahasiswa Universitas Gunadarma yang enggan namanya disebutkan mengatakan, setidaknya ada tiga butir tuntutan kepada pihak kampus dalam rangka pembenahan sistem kuliah serta perbaikan fasilitas.

"Paling krusial adalah kebijakan pembayaran kuliah pecah blangko. Awalnya mahasiswa boleh mencicil dua kali, 50 persen di bulan pertama lalu 50 persen bulan kedua. Makin ke sini jadi 70-30. Kalau cicilan tidak dibayar, tidak keluar nilai, kemudian dianggap cuti," aku mahasiswa itu.

Mahasiswa juga merasa jengah karena sistem administrasi yang masih manual. Mahasiswa-mahasiswi Gunadarma di luar Depok harus mengurus administrasi di Kampus D, Margonda.

"Padahal kadang-kadang, mahasiswa sudah jauh-jauh dari kampus di Kalimalang, di Margonda tutup loketnya," ucap dia.

Hingga berita ini disusun, aksi unjuk rasa masih berlangsung. Belum satu pun pihak manajemen Universitas Gunadarma yang bisa dimintai keterangan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com