Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dilema Karyawan yang Masih Ngantor, Ongkos Ojol Mahal tetapi Khawatir Kena Corona di Transportasi Umum

Kompas.com - 24/03/2020, 11:49 WIB
Jimmy Ramadhan Azhari,
Jessi Carina

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Meski pemerintah terus mengimbau untuk berkerja di rumah, sejumlah warga masih tetap harus pergi ke kantor sesuai dengan ketentuan perusahaan.

Salah satu warga yang merasakan hal tersebut adalah Karnia (25). Perempuan yang bekerja di kawasan Blok M, Jakarta Selatan ini masih harus ke kantor meski tak setiap hari.

Kantor dia sudah menerapkan kebijakan untuk bekerja di rumah, tetapi secara bergantian.

Karnia menceritakan, salah satu kegalauan yang dirasakan teman-teman sekantornya ialah mahalnya biaya yang harus dikeluarkan untuk sekadar pergi ke kantor.

Baca juga: Cerita Kepala Otoritas Tetap Ngantor di Tengah Corona, Was-was Saat Kelilingi Bandara Soetta

"Sekarang pulang pergi harus naik ojek online (ojol) soalnya kalau naik Transjakarta atau transportasi lainnya bakal banyak kontak dengan orang lain," kata Karnia saat dihubungi Kompas.com, Selasa (24/3/2020).

Namun, yang jadi masalah ialah naiknya ongkos ojek online dalam beberapa waktu belakangan sehingga ia harus merogoh kocek lebih.

Belum lagi belakangan potongan harga yang ditawarkan operator ojek online sudah mulai jarang didapatkan.

"Pagi ini saja ongkos dari Slipi ke sini sudah Rp 23.000, belum pulang nanti," ucap Karnia.

Hal serupa juga dirasakan oleh teman sekantor Karnia bernama Siti Sakinah. Ia yang biasa naik bus transjakarta pulang pergi kantor kini juga beralih menggunakan ojol demi mengurangi kontak dengan orang lain.

Baca juga: Tahapan Pembubaran Kerumunan, dari Imbauan hingga Penegakan Hukum

Walau tak setiap hari harus ke kantor, tetapi perempuan yang biasa disapa Ina tersebut tetap merasa pengeluarannya berkali lipat karena naik ojol.

"Tapi kalau tetap naik Transjakarta takut juga (tertular Covid-19)," ujar Ina.

Meski telah mengantisipasi kontak dengan orang lain dengan beralih sarana transportasi, ia tetap terpaksa banyak berkomunikasi dengan orang lain selama di kantor.

Pasalnya pekerjaannya sebagai frontliner perusahaan tersebut mengharuskan dirinya tetap bertemu dengan banyak orang.

Hal itu membuat Ina merasa khawatir meski perusahaan telah menetapkan SOP pelayanan selama pandemik Covid-19 seperti pemeriksaan suhu, penggunaan masker dan hand sanitizer.

Baca juga: Guru Besar Epidemiologi Wafat, UI Masih Tunggu Hasil Uji Laboratorium

"Ya akhirnya gue tiap sebentar cuci tangan, terus males pakai toilet kantor, bahkan mau makan pun jadi was-was," ucap Ina.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com