JAKARTA, KOMPAS.com - Polisi akan mengawasi mobilitas kendaraan di jalur tikus atau tidak resmi di wilayah Jabodetabek, yang biasa digunakan sebagai jalur alternatif untuk mudik.
Dirlantas Polda Metro Jaya Kombes Pol Sambodo Purnomo Yogo mengatakan, polisi juga mengawasi setiap jalur perbatasan yang menjadi akses keluar Jabodetabek.
"Polsek-Polsek nanti akan mengawasi jalur motor, jalur tikus.
Baca juga: Polda Metro Jaya Dirikan 19 Titik Pos Pengamanan Terpadu, Ini Rinciannya
Semua Polsek yang mempunyai jalur perbatasan keluar dari wilayah Jabodetabek, mereka akan membuat pos untuk mengawasi larangan mudik," kata Sambodo dalam konferensi pers yang disiarkan langsung melalui Instagram Polda Metro Jaya, Rabu (22/4/2020).
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus mengungkapkan, polisi telah memetakan jalur tikus di wilayah Jabodetabek guna menyiapkan pos pengamanan yang memantau mobilitas kendaraan.
"Jalur-jalur tikus itu sudah dimapping dan disiapkan pengamanan untuk sortir setiap kendaraan yang dari luar atau dari Jakarta. Ada anggota yang kita siapkan di pos-pos kecil untuk memantau (penerapan) PSBB dan memantau kendaraan," ujar Yusri.
Baca juga: Pemerintah Larang Mudik, Polda Metro Tutup Tol Elevated Jakarta-Cikampek
Seperti diketahui, Polda Metro Jaya mendirikan 19 pos pengamanan terpadu di wilayah Jabodetabek untuk memeriksa dan menyekat kendaraan sebagai tindak lanjut dari larangan mudik yang telah diputuskan Presiden Joko Widodo.
Polisi akan memutar balikkan kendaraan pribadi dan angkutan umum yang nekat keluar Jabodetabek untuk melaksanakan mudik.
Adapun, larangan mudik itu diputuskan Presiden Joko Widodo saat membuka rapat terbatas di Istana Merdeka, Jakarta, melalui konferensi video, Selasa (21/4/2020).
Jokowi beralasan masih banyak masyarakat perantauan yang bersikeras untuk mudik. Dari data Kementerian Perhubungan, sebanyak 24 persen masyarakat memutuskan tetap mudik.
Baca juga: Saat Presiden Jokowi Akhirnya Larang Warga Mudik
Hal ini dikhawatirkan akan menjadi medium penularan Covid-19 di desa-desa karena para perantau dianggap merupakan orang yang tinggal di episentrum virus corona di Indonesia.
"Artinya masih ada angka yang sangat besar, yaitu 24 persen tadi," ujar Jokowi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.