Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

127 Tahun MH Thamrin, Pahlawan Kemerdekaan dan Politik Sepak Bola

Kompas.com - 16/02/2021, 21:31 WIB
Singgih Wiryono,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pada 127 tahun lalu, tepatnya 16 Februari 1894, pahlawan nasional Mohammad Husni Thamrin lahir di Weltevreden Batavia, yang saat ini menjadi kawasan Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat.

MH Thamrin dikenal sebagai pahlawan nasional asli betawi yang memiliki gerakan perjuangan kemerdekaan yang unik. Dia menggabungkan gerakan politik dan olahraga.

Sejarawan JJ Rizal membeberkan fakta bahwa sepakbola saat itu tidak lepas dari aksi politik dan gerakan-gerakan kemerdekaan yang digagas MH Thamrin. Setahun setelah sumpah pemuda, kata JJ Rizal, muncuk gerakan sepak bola yang berbau gerakan kemerdekaan Indonesia.

Baca juga: Pembuat Video Keributan Rekayasa di MH Thamrin Terancam Bui 10 Tahun

Penggagasnya tak lain adalah MH Thamrin yang mengumpulkan semua klub sepak bola pribumi di Jakarta untuk menjadi klub sepak bola bernama VIJ (Voetbal Indonesia Jakarta) pada 28 November 1929.

"1929, tanggal 28 november, selang satu tahun sumpah pemuda berdiri VIJ," ujar Rizal, Selasa (16/2/2021).

Latar belakang terbentuknya VIJ bermula saat kebakaran di kawasan pemukiman pribumi di Pasar Baru, Jakarta Pusat.

Kemudian para tokoh berinisiatif untuk menggalang dana perbaikan rumah warga dengan cara menggelar pertandingan amal.

Pada saat itu, kata Rizal, lapangan sepakbola yang dianggap pantas merupakan milik pemerintahan kolonial Belanda. Di depan stadion, ujar Rizal, terpasang tulisan "Dilarang Masuk untuk Pribumi dan Anjing,".

"Akhirnya mereka mengadu ke MH Thamrin. Saat itu Thamrin sudah jadi tokoh. Dia langsung keluarin duit pribadi 2.000 gulden (mata uang kolonial Belanda)," ujar Rizal.

Uang tersebut digunakan untuk membuat stadion sepak bola bertaraf internasional buat kaum pribumi di kawasan Petojo, Jakarta Pusat, yang diberi nama Stadion VIJ. Setelah stadion itu jadi, gerakan politik kemerdekaan semakin menggelora lewat olahraga sepak bola.

Rizal menjelaskan, ketika Soekarno bebas dari penjara tahun 1930, Thamrin memikirkan siasat agar kaum pribumi tahu Soekarno kembali hadir di tengah-tengah pergerakan kemerdekaan.

"Gimana cara efektif mengumumkan bahwa Soekarno sudah kembali hadir dalam pergerakan, di mana itu, ya di stadion sepak bola," kata Rijal.

Di tengah VIJ, disaksikan oleh para pecinta sepak bola, Soekarno kemudian melakukan kick off sebagai tanda pergerakan kemerdekaan kembali dilanjutkan.

"Yang paling inti, gerakan kebangsaan kita dengan sepak bola itu dekat sekali seperti gigi dan gusi," kata Rijal.

Dorong JIS miliki museum sepak bola

Untuk mengenang perjuangan MH Thamrin dengan politik sepak bolanya, JJ Rizal berharap Jakarta punya musem sepak bola. Dia mengatakan, Jakarta Internationa Stadium (JIS) akan terasa kurang jika tak ada catatan-catatan sejarah tentang MH Thamrin dan politik sepak bolanya hadir di dalam JIS.

"Hanya dengan membangun museum di dalamnya maka sejarah besar itu dapat menjiwai stadion agar tak sekadar menjadi gedung belaka," ucap Rizal.

Dengan pembangunan museum, ujar dia, akan jelas terlihat jasa MH Thamrin yang besar dan inspiratif pada sepak bola dan kemerdekaan Indonesia.

Dia bahkan mendorong DKI Jakarta untuk memberikan nama stadion JIS dengan nama stadion sepakbola MH Thamrin.

"Sudah sepantasnya nama MH Thamrin diabadikan sebagai nama stadion itu. Jangan jual nama stadion ini kepada sponsor. Ini adalah martabat Jakarta," ucap Rizal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kecelakaan di UI, Saksi Sebut Mobil HRV Berkecepatan Tinggi Tabrak Bus Kuning

Kecelakaan di UI, Saksi Sebut Mobil HRV Berkecepatan Tinggi Tabrak Bus Kuning

Megapolitan
Polisi Periksa 10 Saksi Kasus Tewasnya Siswa STIP yang Diduga Dianiaya Senior

Polisi Periksa 10 Saksi Kasus Tewasnya Siswa STIP yang Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Diduga Ngebut, Mobil Tabrak Bikun UI di Hutan Kota

Diduga Ngebut, Mobil Tabrak Bikun UI di Hutan Kota

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Tinggalkan Mayat Korban di Kamar Hotel

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Tinggalkan Mayat Korban di Kamar Hotel

Megapolitan
Siswa STIP Dianiaya Senior di Sekolah, Diduga Sudah Tewas Saat Dibawa ke Klinik

Siswa STIP Dianiaya Senior di Sekolah, Diduga Sudah Tewas Saat Dibawa ke Klinik

Megapolitan
Terdapat Luka Lebam di Sekitar Ulu Hati Mahasiswa STIP yang Tewas Diduga Dianiaya Senior

Terdapat Luka Lebam di Sekitar Ulu Hati Mahasiswa STIP yang Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Dokter Belum Visum Jenazah Mahasiswa STIP yang Tewas akibat Diduga Dianiaya Senior

Dokter Belum Visum Jenazah Mahasiswa STIP yang Tewas akibat Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Polisi Pastikan RTH Tubagus Angke Sudah Bersih dari Prostitusi

Polisi Pastikan RTH Tubagus Angke Sudah Bersih dari Prostitusi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Diduga akibat Dianiaya Senior

Mahasiswa STIP Tewas Diduga akibat Dianiaya Senior

Megapolitan
Berbeda Nasib dengan Chandrika Chika, Rio Reifan Tak Akan Dapat Rehabilitasi Narkoba

Berbeda Nasib dengan Chandrika Chika, Rio Reifan Tak Akan Dapat Rehabilitasi Narkoba

Megapolitan
Lansia Korban Hipnotis di Bogor, Emas 1,5 Gram dan Uang Tunai Jutaan Rupiah Raib

Lansia Korban Hipnotis di Bogor, Emas 1,5 Gram dan Uang Tunai Jutaan Rupiah Raib

Megapolitan
Polisi Sebut Keributan Suporter di Stasiun Manggarai Libatkan Jakmania dan Viking

Polisi Sebut Keributan Suporter di Stasiun Manggarai Libatkan Jakmania dan Viking

Megapolitan
Aditya Tak Tahu Koper yang Dibawa Kakaknya Berisi Mayat RM

Aditya Tak Tahu Koper yang Dibawa Kakaknya Berisi Mayat RM

Megapolitan
Kadishub DKI Jakarta Tegaskan Parkir di Minimarket Gratis

Kadishub DKI Jakarta Tegaskan Parkir di Minimarket Gratis

Megapolitan
Koper Pertama Kekecilan, Ahmad Beli Lagi yang Besar untuk Masukkan Jenazah RM

Koper Pertama Kekecilan, Ahmad Beli Lagi yang Besar untuk Masukkan Jenazah RM

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com